Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Distribusi dan logistik merupakan dua istilah yang sangat berbeda namun saling berkaitan dan sama-sama penting ketika menjalankan sebuah bisnis. Baik untuk bisnis produk maupun jasa, keduanya sama-sama membutuhkan peran distribusi maupun logistik.

Antara membuat penjualan dan mengantarkan pesanan konsumen, distribusi logistik memainkan peran yang sangat krusial pada mata rantai pasok. Distribusi adalah jantung pada bisnis, khususnya bisnis online. Tanpa distribusi, akan sulit untuk mengirim barang secara konsisten dan memenuhi ekspektasi konsumen.

Bagaimanapun, untuk menjalankan distribusi secara tepat, perlu tindakan yang seimbang. Misalnya, Anda membutuhkan inventasi yang cukup untuk memenuhi tingginya permintaan bersamaan juga dengan mengoptimasi ruang penyimpanan untuk menghemat biaya operasional.

Komponen utama dari distribusi logistik adalah untuk mengurangi risiko, menghemat biaya, dan membuat supply chain menjadi lebih kuat seberapapun tantangan datang. Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai manajemen distribusi logistik.

Apa itu Sistem Logistik?

Sistem logistik merujuk pada proses perencanaan, pengimplementasian, dan pengontrolan pergerakan produk, jasa, atau informasi di dalam sebuah mata rantai pasok dari poin asal mulanya hingga pada titik konsumsi. Berbagai macam perusahaan logistik menangani beberapa atau bahkan semua fungsi supply chain tergantung pada syarat logistik dari klien mereka.

Untuk sistem pengadaan logistik sendiri ada dua macam yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi, tetapi bisa juga campuran keduanya. Sistem sentralisasi yaitu sistem terpusat pada satu unit logistik yang diberikan kewenangan untuk mengadakan barang-barang logistik yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja dalam satu organisasi.

Sedangkan sistem desentralisasi yaitu terdapat pemberian kewenangan bagi masing-masing unit kerja untuk merancang daftar barang yang dibutuhkan dan juga kewenangan untuk memproses pengadaannya secara mandiri sehingga masing-masing unit kerja punya unit logistik masing-masing juga di dalam organisasinya.

Sistem informasi logistik menyediakan informasi barang dan mengikuti pola pengiriman mereka dengan progres dan status mereka, dan juga pengaruh perubahan pada pembelian, produksi, pergudangan, dan juga sistem finansial dan akuntansi.

Apa itu Manajemen Logistik?

Manajemen logistik adalah pengaturan fungsi-fungsi manajemen supply chain yang membantu untuk mengatur perencanaan, pengelolaan, dan pengimplementasian proses untuk memindahkan dan menyimpan barang.

Aktivitas manajemen logistik biasanya termasuk manajemen transportasi arah pulang dan pergi, manajemen armada, pergudangan, penanganan material, pemenuhan pesanan, desain jaringan logistik, kontrol inventaris, perencanaan suplai atau permintaan dan manajemen penyedia layanan logistik pihak ketiga.

Termasuk dalam manajemen logistik yaitu sistem manajemen gudang logistik juga. Sistem gudang logistik melingkupi faktor-faktor kompleks dari pengaturan, pemindahan, dan pengelolaan yang terlibat di dalam pergudangan; termasuk juga alur (pengiriman dan penerimaan) inventaris fisik, informasi, dan waktu operasional gudang.

Sistem gudang logistik melibatkan semua kebijakan, prosedur, dan pengaturan alat-alat penting sehingga operasional pergudangan berjalan dengan lancar.

Fungsi Sistem dan Manajemen Logistik

Percuma saja produk Anda sangat fantastis jika tidak mencapai konsumen di mana dan kapan mereka membutuhkannya. Oleh karenanya, sistem dan manajemen logistik sangat esensial untuk kesuksesan sebuah bisnis.

Fungsi-fungsi sistem dan manajemen logistik yaitu termasuk layanan konsumen, pemrosesan pesanan, pencarian sumber dan akuisisi, manajemen inventaris, pergudangan, rencana produksi dan penjadwalan, pengemasan dan pengumpulan, penanganan kargo, dan transportasi. Manajemen logistik adalah bagian dari semua tahap perencanaan dan eksekusi strategi dan operasional.

Lebih jauh, sistem dan manajemen logistik mengkoordinasi semua aktivitas logistik dan mengintegrasinya dengan fungsi-fungsi lainnya termasuk marketing, penjualan, manufaktur, finansial, dan teknologi informasi. Dengan integrasi sistem logistik, segala proses dan aktivitas logistik dapat berjalan dengan baik dan lancar tentunya.

Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Distribusi Logistik?

Sistem distribusi logistik bisa berarti banyak hal tergantung dari industrinya. Untuk brand yang langsung berinteraksi dengan konsumen, distribusi logistik merujuk pada proses pengiriman barang jadi secara keseluruhan mulai dari manufaktur atau supplier secara langsung ke ritel atau pusat distribusi di mana pemrosesan pemenuhan pesanan berlangsung.

Dari situ, pesanan disiapkan untuk last-mile delivery. Selama fase distribusi, brand online akan bekerja dengan mitra pembawa yang bervariasi untuk memastikan shipment terkirim tepat waktu dan punya tarif yang paling terjangkau.

Manajemen distribusi logistik berperan mengelola segala proses distribusi logistik dan memastikan barang manufaktur mencapai konsumen dengan cepat dan terpercaya. Perannya sangat krusial dalam mengelola segala aktivitas yang menjembatani antara produksi dan pasar. Areanya mencakup semua proses termasuk distribusi barang ― dari perusahaan manufaktur hingga sampai ke konsumen.

Kemudian fungsi logistik pemasaran dalam saluran distribusi meliputi:

  1. Mengembangkan dan melakukan komunikasi yang persuasif mengenai penawaran produk.
  2. Mengumpulkan informasi penting tentang konsumen dan kompetitor untuk perencanaan kedepannya dan membantu jika perlu dilakukan penukaran barang.
  3. Menempatkan konsumen dan membantu dalam perencanaan untuk mengirimkan produk ke konsumen di dalam time frame yang mereka inginkan.
  4. Menyederhanakan transaksi antara penyedia logistik dan konsumen.
  5. Membantu dalam perencanaan pusat distribusi yang dekat dengan konsumen untuk memastikan bahwa waktu pengiriman sesuai.

Tujuan Manajemen Distribusi Logistik

Berikut beberapa tujuan dari manajemen distribusi logistik:

  1. Memastikan kuantitas produk cukup dan tersedia untuk konsumen. Konsumen harus menerima barang dengan tepat waktu.
  2. Menghemat biaya. Permintaan yang tinggi mengharuskan proses distribusi logistik hanya memakan biaya serendah mungkin untuk mengurangi biaya terkait dengan transportasi, pergudangan, kekurangan barang dan pemrosesan pesanan.
  3. Mempengaruhi kemungkinan produk terus tersedia dan menempati posisi tinggi di pasar.

Contoh Sistem Manajemen Logistik dari Amazon

Bisa dibilang pemimpin logistik paling terkenal yang sudah muncul beberapa dekade terakhir adalah raksasa e-commerce Amazon, yang bisa menjadi contoh sistem logistik sekaligus contoh sistem logistik yang terintegrasi. Amazon terkenal dengan strategi sistem manajemen logistiknya dan merupakan contoh manajemen logistik yang bisa Anda pelajari untuk diterapkan.

Hal tersebut mungkin karena jaringan global distribusi milik perusahaan, penyortiran, dan pusat pemenuhan kebutuhan dan pesanan. Model pengiriman Amazon same-day dan next-day bertumpu pada framework logistik yang kompleks.

Produk dikirimkan ke pusat pemenuhan kebutuhan dan pesanan sebelum dipindahkan ke pusat sortir. Setelah barang sudah sampai di pusat sortir Amazon, barang kemudian dimuat ke mode transportasi jangkauan luas yang bisa juga termasuk armada milik perusahaan sendiri seperti truk atau pesawat pengiriman.

Amazon sudah benar-benar merombak manajemen logistiknya, namun hal tersebut bukan satu-satunya penyedia third party logistics (3PL) yang utama yang meledak di dalam industrinya. Perusahaan seperti UPS dan FedEx juga sudah berperan cukup signifikan dalam transformasi logistik.

Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Peran teknologi sangat membantu dalam proses manajemen distribusi logistik ini. Aplikasi manajemen distribusi logistik harus mampu menjalankan fungsi dan proses perusahaan untuk mengelola dan mengeksekusi penyimpanan dan pengiriman produk.

Aplikasi manajemen distribusi logistik melibatkan fungsi terintegrasi dan komprehesif dari sistem ERP secara keseluruhan. Fungsinya biasanya terintegrasi dengan fungsi bisnis lain dalam sistem seperti penjualan, finansial, procurement, dan human resource; sekaligus juga berfokus pada manajemen pergudangan, manajemen transportasi, perencanaan supply chain, dan eksekusi supply chain.

Sidig bisa menjadi pilihan aplikasi manajemen distribusi logistik bisni Anda. Pelajari selengkapnya dengan mengunjungi https://sidig.id/

Pengertian SKU Stock Keeping Unit beserta Contoh

Pengertian SKU Stock Keeping Unit beserta Contoh

Jika Anda seperti kebanyakan pedagang ritel dan pedagang grosir, Anda bisa menginvestasikan uang Anda pada stok, yang mana terletak di pusat bisnis penjualan Anda, dan juga proses inventaris. Hal ini dapat menjaga jalur stok dengan hati-hati seiring dengan pertumbuhan esensial bisnis Anda yang berjalan menuju kesuksesan.

SKU adalah pengidentifikasian yang unik untuk setiap produk Anda yang memudahkan untuk melacak inventaris. SKU merupakan alat yang vital untuk pedagang ritel dan pedagang grosir karena dapat memberi kemudahan untuk mereka dalam mengidentifikasi produk-produk dan memonitor level stok melalui sistem dan channel. Kesuksesan bisnis Anda bergantung pada manajemen produk yang baik tentunya. Dan manajemen produk yang baik bergantung pada SKU.

Bisa dibilang manajemen produk yang bagus dimulai dengan SKU yang unik. Manajemen SKU dapat membantu Anda untuk mengoptimalkan inventaris dan pembelian sehingga secara tidak langsung SKU turut serta dalam meningkatkan revenue perusahaan.

banner sidig

Apa itu SKU?

SKU merupakan singkatan dari Stock Keeping Unit. Sebuah ritel biasanya menggunakan SKU untuk mengidentifikasi inventaris bisnis mereka. Kebanyakan ritel tahu bahwa SKU membantu mereka untuk melacak produk dari vendor ke konsumen. Baik veteran ritel maupun bisnis baru, mempunyai inventaris yang sangat besar atau stok terbatas, mengoperasikan toko fisik atau online; sebaiknya Anda mempunyai rancangan dan desain SKU.

Secara sederhana, SKU adalah penanda unik untuk item terjual. Ritel menciptakan kode mereka sendiri berdasarkan ragam karakter merchandise mereka. Biasanya, SKU dibagi ke dalam beberapa klasifikasi dan kategori. Misalnya, toko peralatan rumah tangga mempunyai section berbeda-beda seperti rumput dan kebun. SKU mereka mungkin didesain sekitar klasifikasi rumput dan kebun dan mempunyai angka atau huruf yang menunjukkan produk sebagai kategori di dalam section rumput dan kebun.

Fungsi SKU

SKU berfungsi untuk membedakan satu produk dan produk lainnya. Akan sulit untuk melacak penjualan dan inventaris tanpa klasifikasi seperti waktu pembuatan, model, tipe, warna, ukuran, atau ciri identifikasi lainnya. Misalnya, asumsikan ritel untuk toko bahan bangunan baru membutuhkan SKU untuk memulai prosedur inventaris mereka.

Mereka mungkin menggunakan huruf A untuk cat: A1 berarti cat tembok, sedangkan A2 mewakili cat besi. Seri selanjutnya kode alpanumerik juga berlaku untuk indikator warna, diikuti ukuran dan sebagainya.

Kemudian SKU dimasukkan ke sistem manajemen inventaris, yang terikat ke poin sistem penjualan. Ritel pun menjadi bisa untuk melacak inventaris dan penjualan melalui laporan detail. Sebuah sistem SKU juga memfasilitasi ritel untuk mengelola data terkait dengan konsumen, penjualan, dan inventaris mereka.

Mengapa SKU itu Penting?

SKU membantu pembeli membandingkan karakteristik dari item serupa. Misalnya, ketika pembeli membeli sebuah DVD spesifik, ritel online mungkin menampilkan filem yang mirip yang dibeli oleh konsumen lain berdasarkan informasi SKU. Metode ini bisa jadi memicu pembelian tambahan oleh konsumen. Dengan demikian, SKU bisa dibilang punya kegunaan secara tidak langsung menaikkan revenue perusahaan.

SKU juga membantu Anda untuk mengumpulkan data penjualan. Contohnya, sebuah toko dapat mengetahui item yang mana yang terjual dengan baik dan item yang mana yang tidak, berdasarkan scan SKU dan data POS (point-of-sale).

Cara Membuat dan Contoh SKU

SKU bisa dilakukan secara manual maupun menggunakan online SKU generator. Untuk komponen format SKU sendiri variabelnya bisa disesuaikan dengan jenis produk masing-masing. Sebelum ke contohnya, mari kita bahas anatominya terlebih dahulu.

Bagian pertama SKU biasanya adalah karakter paling umum seperti departemen, kategori produk, atau supplier. Dua atau tiga karakter alpanumerik pertama dipetakan untuk karakteristik ini.

Kemudian beberapa karakter selanjutnya mewakili fitur spesifik setiap produk seperti warna, ukuran, brand, atau sub-kategori lainnya.

Lalu, dua atau tiga karakter terakhir menunjukkan urutan, membantu SKU untuk memberitahu angka produk yang Anda punya dan urutan mereka dibeli dan diproses.

Contoh SKU

Ada beberapa variasi dalam pembuatan dan penulisan SKU, ada yang memakai dash atau tanda strip pemisah dan ada yang tanpa tanda baca apapun hanya berupa angka dan huruf.

Contoh SKU yaitu WHT-SML-H456-LV

WHT merujuk pada warna produk (white).

SML menunjukkan ukuran yaitu small.

H456 mengindikasikan nomer model dari pabrikan.

LV merupakan merk prouk.

Jika saat ini Anda sedang merintis sebuah bisnis penjualan produk atau memang sedang mengatur untuk membuat SKU untuk bisnis produk Anda, jangan khawatir karena kami punya solusinya.

Yuk, permudah pembuatan SKU bersama Sidig. Segera hubungi, konsultasikan kebutuhan, dan jadwalkan live demo bersama tim Sidig.

Maksimalkan Reveneu dengan Upselling

Maksimalkan Reveneu dengan Upselling

Setiap bisnis pasti menginginkan peningkatan revenue setiap tahunnya, dari waktu ke waktu. Dibutuhkan sebuah strategi marketing yang ampuh untuk mewujudkan hal tersebut tentunya. Upselling bisa menjadi salah satu pilihan strategi marketing yang bisa Anda gunakan untuk meningkatkan revenue bisnis Anda. Bisa dibilang upselling merupakan sebuah strategi yang cukup sederhana, namun jika direncanakan dengan matang dan dieksekusi dengan baik maka dampaknya pun cukup kuat.

Berbeda dengan cross selling yang menggunakan teknik yaitu menawarkan produk yang saling berkaitan ke konsumen, upselling biasanya melibatkan menjual versi lebih baik dari apa yang sudah dibeli dengan menaikkan harga penjualan. Jika Anda mempunyai bisnis dengan skala kecil atau medium dan ingin mengoptimalkan sumber daya untuk pertumbuhan bisnis Anda, upselling bisa menjadi strategi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan revenue perusahaan Anda. Bagaimana upselling dapat memaksimalkan revenue bisnis Anda? Cari jawabannya di sini, ya.

Apa itu Strategi Upselling?

Strategi upselling adalah sebuah strategi penjualan, yaitu teknik yang bertujuan untuk mempersuasi konsumen agar membeli produk yang lebih mahal, lebih upgrade, atau versi lebih premium dari item yang sudah dipilih atau tambahan item lain dalam rangka membuat penjualan yang lebih besar. Upselling sering mengaryakan charts ke produk yang lebih high-end di pasar ke kosumen.

Menawarkan versi lain atau model lain yang lebih bagus akan memenuhi kebutuhan konsumen dan membantu pembeli merasa lebih puas dengan belanjaan mereka. Perusahaan-perusahaan yang punya kelebihan di upselling biasanya lebih efektif dalam membantu konsumen untuk memvisualisasikan value yang akan mereka dapatkan dengan membeli item yang lebih mahal.

Keuntungan Upselling

Ketika menerapkan strategi upselling, tentu hasilnya tidak akan instan. Dan, dengan menggunakan teknik upselling bukan berarti penjualan akan meningkat secara langsung. Sebaiknya, tidak berekspektasi penuh terhadap dampak penjualan tetapi ketika mengaplikasikan upselling lebih baik menanamkan motivasi yaitu untuk memberikan konsumen pengalaman berbelanja yang lebih baik. Berikut beberapa keuntungan dari strategi upselling:

  • Meningkatkan CLV (Customer Lifetime Value), menaikkan profitabilitas sebagai timbal baliknya
  • Membantu Anda memberikan layanan yang lebih personal, meningkatkan hubungan dengan konsumen
  • Menarik lebih banyak konsumen premium
  • Secara tidak langsung meningkatkan revenue perusahaan
  • Mengoptimalkan value dari setiap penjualan
  • Menawarkan solusi komplit dan meningkatkan retensi konsumen
  • Meningkatkan layanan konsumen
  • Memperluas pilihan produk dan jasa

Cara Kerja Upselling

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menerapkan teknik upselling pada bisnis perusahaan Anda. Berikut beberapa cara yang bisa Anda pilih untuk diterapkan, bergantung pada apa penawaran Anda:

  • Menawarkan diskon. Menyediakan diskon khusus untuk produk premium ketika konsumen membeli produk yang punya harga lebih rendah.
  • Memberikan batas waktu untuk penawaran khusus. Memberikan diskon untuk produk premium dalam penawaran dengan waktu terbatas. Dengan sebuah perasaan terdesak karena waktu yang terbatas, maka hal tersebut dapat memotivasi konsumen untuk membeli produk yang lebih premium.
  • Menjadikannya sebagai item tambahan (Add-ons). Menawarkan bundling item add-ons ke produk atau jasa Anda. Namun, Anda harus memastikan bahwa item yang dimasukkan ke dalam add-ons menambah value untuk produk atau jasa utama.
  • Menciptakan tekanan sosial. Pernahkah Anda mengobservasi ketika menggunakan website atau e-commerce untuk membeli sebuah produk atau menambahkan produk ke keranjang belanja Anda lalu Anda mendapatkan pesan muncul seperti “people who bought this item also bought these.” Hal tersebut yang dinamakan menciptakan tekanan sosial atau FOMO (fear of missing out).

Kapan Sebaiknya Upselling Dilakukan?

Ketika hampir semua orang familiar dengan pre-sale upselling, sebenarnya kesempatan-kesempatan untuk melakukan upselling ada di setiap tahap siklus hidup konsumen.

  • Upselling Sebelum hingga Awal Penjualan

Baik ketika prosesnya online ataupun berhadapan langsung, upselling yang sukses dimulai dari momen ketika konsumen memasuki toko Anda. Gunakanlah halaman produk untuk produk yang lebih murah atau dasar untuk merekomendasikan versi premium atau versi lebih bagusnya menggunakan chart perbandingan. Dapatkan perhatian konsumen dan lakukan interaksi dengan menempatkan produk upselling tepat di samping produk yang dasar.

  • Upselling Ketika Melakukan Transaksi Pembelian

Gunakanlah waktu transaksi pembelian untuk menginformasikan kepada para pembeli mengenai penawaran yang meningkatkan pembelian mereka; termasuk besaran diskon, opsi personalisasi, pengiriman yang cepat, gift-wrapping, atau layanan proteksi.

  • Upselling Setelah Pembelian

Upselling setelah pembelian memfasilitasi konsumen untuk menambah upgrade ke pembelian mereka. Ini terutama efektif untuk software atau aset digital, di mana akan mudah untuk menambah fitur atau fungsionalitas. Jika Anda upselling produk fisik, salah satu cara upselling setelah transaksi yaitu dengan menawarkan konsumen sebuah garansi produk atau premium support untuk belanjaan mereka. Khusus untuk layanan berupa penggaransian produk, Sidig merupakan salah satu software aplikasi yang direkomendasikan.

Bagaimana Mengukur dan Menilai Upselling?

Laju konversi upselling melacak angka penjualan yang dilakukan oleh konsumen di atas dan melampaui produk awal yang mereka pilih untuk dibeli. Upselling bisa dikatakan berhasil jika ada selisih jumlah pendapatan atau nominal kecil persentase antara 10%-20%.

Daftar di bawah adalah beberapa cara paling umum dan populer untuk mengukur dan menilai seberapa baik program upselling bekerja untuk bisnis Anda:

  • Volume penjualan rata-rata untuk setiap konsumen naik, diukur dengan rupiah atau unit; volume penjualan adalah satu cara untuk menilai jika upselling sudah terjadi.
  • Luas penjualan melebar, diukur dengan jumlah produk atau jasa untuk setiap individual.
  • Atrisi konsumen menurun, terkadang atrisi yang lebih tinggi dari laju normal dapat berarti bahwa upselling yang diusahakan tidak efektif. Meskipun begitu, atrisi konsumen yang tinggi dapat juga dikarenakan oleh faktor lain.
Strategi Distribusi Amazon

Strategi Distribusi Amazon

Saat mendengar Amazon, pasti yang terbayangkan adalah sebuah perusahaan e-commerce besar. Perusahaan multinasional asal Amerika ini berbasis teknologi dan berfokus pada e-commerce, cloud computing, digital streaming, dan artificial intelligence. Amazon menjadi salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan menjadi salah satu brand bernilai tinggi di antara para kompetitornya seperti Alibaba, Oracle, Microsoft, Google, dan sebagainya.

Banyak yang bisa dipelajari dari cerita sukses Amazon, salah satunya yaitu tentang strategi distribusi Amazon. Penasaran, kan, pasti kira-kira strategi distribusi Amazon seperti apa hingga bisa sesukses itu. Mari kita bahas lebih lanjut strategi distribusi Amazon, siapa tahu Anda bisa mengadaptasinya untuk bisnis Anda. Simak artikel ini sampai habis, ya. 

Tentang Amazon

Yuk, sedikit lebih mengenal sejarah berdirinya Amazon. Pada tahun 1994, Jeff Bezos membuat Amazon di garasinya dengan nama awal Cadabra. Tahun 1995 bisnisnya mulai beroperasi sebagai toko buku online dan lalu kemudian dari Cadabra berganti nama menjadi Amazon yang terinspirasi dari sungai Amazon dan mempunyai moto “get big fast.” Perusahaan garapan Jeff Bezos ini bermarkas besar di Seattle, Washington.

Sekarang Amazon sudah sangat berkembang pesat dan memperluas bisnisnya ke beberapa industri; termasuk grocery, fashion, dan sudah membuka pergudangan yang sangat besar di seluruh negara. Dikenal sebagai ritel online terbesar di dunia dan penyedia cloud service terkemuka, Anda bisa mengunjunginya di Amazon.com.

Perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan yang menjalankan bisnis berbasis teknologi dan internet, berfokus pada penyedia layanan e-commerce, cloud computing, digital streaming, dan layanan artificial intelligence (AI). Bisa dibilang Amazon adalah perusahaan ikonik electronic commerce (e-commerce).

Layanan Amazon

Amazon menawarkan layanan jasa dan produk yang sangat luas di beberapa area seperti retail, technology consumer, subscription service, digital content, Amazon Web Service (AWS), Amazon AI services, dan Amazon privately owned brands. Detailnya adalah sebagai berikut:

  • Retail

Amazon Marketplace, Amazon Fresh, Amazon Vine, Woot, Zappos, Merch by Amazon, dan Amazon Handmade.

  • Consumer Technology

Amazon Kindle, Amazon Fire tablet, Amazon Fire TV, Amazon Alexa, Amazon Echo, Amazon Echo Dot, Amazon Echo Show, dan Amazon Astro.

  • Subscription Service

Amazon Prime, Amazon Prime Video, Amazon Drive, Twitch Prime, dan Amazon Music Prime.

  • Digital Content

Amazon Pay, Amazon Music Unlimited, Kindle Store, dan Amazon Appstore for Android.

  • Amazon Web Service (AWS)

S3, Amazon Simple Queue Service (SQS), Amazon EC2, Amazon S3 Glacier, AWS Identity dan Access Management (IAM), dan Amazon Redshift.

  • Amazon AI Services

Amazon SageMaker, Amazon Lex, Amazon Polly, Amazon Rekognition, AWS DeepLens, Alexa Voice Service, Amazon Transcribe, Amazon Translate, dan Alexa Skills Kit.

  • Amazon Privately Owned Brands

AmazonBasics, Amazon Elements, Mama Bear, Presto!, Amazon Essentials, Happy Belly, dan Goodthreads.

Anak Perusahaan Amazon

Mulai dari bidang kesehatan hingga hiburan, Amazon sudah menjadi perusahaan multipel yang menjalankan bisnisnya di berbagai sektor dari waktu ke waktu. Berikut daftar jajaran akuisisi dan anak perusahaan Amazon:

  • IMDb

IMDb diakuisisi oleh Amazon di tahun 1998 dan merupakan database paling populer di seluruh dunia untuk perfileman, TV, selebriti, video game, dan streaming online content.

  • Audible

Audible diakuisisi oleh Amazon tahun 2008 dan merupakan penyedia buku dan konten spoken audio.

  • Zappos

Amazon mengakuisisi ritel sepatu dan pakaian online ini di tahun 2009.

  • Twitch

Twitch dibeli oleh Amazon pada tahun 2014. Twitch adalah platform streaming media sosial dan video game.

  • Whole Foods

Amazon mengakuisisi toko bahan pangan organik, makanan, dan minuman ini pada tahun 2017.

  • Ring

Amazon mengambil alih perusahaan smart home dan home security ini di tahun 2018.

  • Zoox

Perusahaan kendaraan otonom, robotik, dan transportasi ini diakuisisi sepenuhnya dengan kepemilikan sebagai anak perusahaan oleh Amazon di tahun 2020.

  • Metro-Goldwyn-Mayer

Amazon mengakuisisi studio filem dan TV ini pada tahun ini yaitu pada Maret 2022.

Strategi Sistem Distribusi Amazon

Model bisnis Amazon mengikuti strategi distribusi baik B2C dan juga B2B. Platform e-commerce Amazon berhadapan langsung dengan konsumen, menyediakan jutaan produk untuk milyaran pengguna di seluruh dunia. Platform e-commerce Amazon juga digunakan oleh bisnis-bisnis lain yang disebut sebagai toko pihak ketiga untuk menjual produk mereka sendiri di Amazon.

Model Distribusi Hybrid Amazon

  • Pihak Pertama E-commerce Amazon

E-commerce milik Amazon adalah sebuah bisnis B2C, yang menargetkan milyaran konsumen di seluruh dunia. E-commerce B2C bekerja untuk mendapatkan angka. Singkatnya, e-commerce B2C mempunyai margin profit yang ketat dalam jangka pendek, yang digunakan kembali oleh Amazon untuk membesarkan operasionalnya. Bisnis ini berotasi pada variasi produknya yang luas, harga rendah, dan pengiriman yang sangat cepat. Puncaknya, setelah beberapa tahun, Amazon akhirnya sudah menambahkan Prime untuk memfasilitasi konsumen dengan pengiriman gratis.

  • Platform Pihak Ketiga Amazon

Platform pihak ketiga milik Amazon adalah bagian dari e-commerce yang menaungi penjual-penjual lainnya. Platform pihak ketiga ini memfasilitasi mereka untuk menjual produknya di Amazon. Bisnis ini melingkupi ekosistem bisnis yang bergabung dengan platform Amazon untuk menguatkan bisnis penjualan mereka. Penjual pihak ketiga dapat memilih untuk menjual di Amazon dan mengurus fulfillment (Fulfillment by Amazon).

Dalam hal ini, Amazon hanya akan memotong sedikit dari revenue sebagai biaya distribusi. Atau, mereka bisa memutuskan untuk meningkatkan inventaris Amazon. Dalam hal ini, penjual tidak harus menyimpan inventaris apapun, yang mana akan dikirimkan secara langsung ke Amazon dan Amazon yang akan mengurus fulfillment-nya. Penjual hanya akan mengambil sedikit potongan dari keseluruhan revenue karena Amazon yang akan mengurus baik inventaris, distribusi, dan juga fulfillment.

Belajar dari Amazon, sangatlah penting untuk mempunyai strategi sistem distribusi sehingga bisnis berjalan dengan baik dan lancar, sekaligus dapat juga meningkatkan revenue perusahaan. Untuk solusi urusan distribusi pada bisnis Anda, serahkan saja ke Sidig.

Yuk, segera jadwalkan live demo bersama Sidig.

Optimasi Rantai Pasok Bisnis dengan SCM

Optimasi Rantai Pasok Bisnis dengan SCM

Dalam proses bisnis terdapat aktivitas-aktivitas yang krusial dalam alurnya. Untuk memproduksi suatu barang, tentu saja dibutuhkan bahan baku. Supaya bahan baku atau material produksi bisa sampai ke tangan produsen, maka diperlukan pemasok atau supplier bahan baku tersebut.

Dalam mata rantai bisnis, setiap prosesnya penting untuk dikelola. Strategi supply chain atau mata rantai pasok merupakan hal paling krusial demi lancarnya proses bisnis dari alur bahan mentah yang berasal dari supplier hingga menjadi barang jadi dan sampai ke tangan konsumen.

Oleh karena itu, SCM atau Supply Chain Management dibutuhkan untuk mengelola mata rantai pasok. SCM (Supply Chain Management) mengurus seluruh alur produksi barang maupun jasa, mulai dari komponen mentah hingga pengiriman akhir produk ke konsumen. Dalam menjalankan strategi SCM (Supply Chain Management), sebuah perusahaan membuat sebuah jaringan supplier yang menggerakkan produk sepanjang proses dari material mentah hingga ke pihak-pihak yang berinteraksi langsung dengan user.

Apa itu Supply Chain?

Supply chain dapat diartikan sebagai mata rantai pasok. Dalam kegiatan bisnis, supply chain memiliki penjelasan lebih dalam yaitu sebagai proses secara menyeluruh dari pembuatan dan penjualan produk-produk komersial, termasuk setiap tahapan dari alurnya yaitu dari pemasokan material atau bahan dan proses manufaktur barang yang juga melalui proses distribusi dan penjualan.

Lingkup supply chain meliputi sebuah jaringan dari semua organisasi, individu, sumber daya, aktivitas, transportasi, peralatan, dan juga teknologi yang terlibat dalam proses produksi dan penjualan sebuah produk ataupun jasa. Supply chain menjabarkan semua proses dari pengiriman sumber bahan baku dari supplier sampai ke produsen hingga akhirnya dikirim dan sampai ke tangan user atau konsumen.

Tipe-tipe Supply Chain

Proses-proses yang terdapat di dalam supply chain cukup kompleks dan banyak bagian yang terus bergerak sehingga mengelolanya pun tidak mudah. Supply chain disederhanakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:

1. Upstream Supply Chain

Upstream supply chain melingkupi semua aktivitas yang berkaitan dengan bagian-bagian dari supplier, yaitu pihak yang menyediakan sumber bahan mentah dan mengirimkannya ke manufaktur. Proses upstream termasuk pengadaan bahan mentah untuk produksi barang dan biaya operasional produksi. Perusahaan yang berfokus pada upstream supply chain dapat memastikan kualitas produk jadi, melacak level inventaris, meminimalisir kekurangan material mentah, dan meningkatkan kepuasan konsumen akhir.

2. Downstream Supply Chain

Downstream supply chain merujuk pada aktivitas setelah proses manufaktur, seperti aktivitas distribusi produk ke toko ritel atau e-commerce dan penjualan ke konsumen akhir. Operasional downstream supply chain termasuk juga pemenuhan pemesanan produk dan pengiriman. Alur informasi dari downstream supply chain berakhir pada konsumen akhir. Perusahaan yang berfokus pada downstream supply chain dapat meningkatkan pengalaman konsumen dan menimba keuntungan yang kompetitif. Pengiriman produk yang tepat waktu adalah kunci dari proses downstream.

3. Internal Supply Chain

Internal supply chain yaitu aktivitas dalam mata rantai pada sebuah perusahaan yang menyediakan material produksi dan pabrikasi. Proses ini melibatkan fungsi-fungsi multipel di dalam perusahaan seperti penjualan, produksi, dan distribusi. Performa perusahaan akan meningkat dengan integrasi dari fungsi-fungsi tersebut.

Apa itu SCM (Supply Chain Management)?

SCM (Supply Chain Management) adalah proses pengelolaan pengiriman produk mulai dari bahan mentah yang diolah hingga menjadi produk jadi ke konsumen. Termasuk di dalamnya itu perencanaan suplai, perencanaan produk, perencanaan demand, penjualan dan perencanaan operasional, dan manajemen suplai. SCM (Supply Chain Management) mengoptimasi pembuatan produk dan alur dari sumber bahan mentah lalu ke proses manufaktur, logistik, dan akhirnya pengiriman ke konsumen akhir.

Pengelolaan supply chain ini meliputi perencanaan dan eksekusi proses yang terintegrasi yang dibutuhkan untuk mengelola pergerakan material, informasi, hingga modal keuangan dalam segala aktivitas yang secara luas melibatkan perencanaan demand, suplai, produksi, manajemen inventaris dan gudang penyimpanan, transportasi atau logistik, dan pengembalian produk yang cacat produksi atau berlebih. SCM (Supply Chain Management) bertumpu pada strategi bisnis, spesialisasi software, dan kolaborasi kerja.

Dengan proses yang ekspansif dan kompleks, setiap pihak mulai dari supplier hingga manufaktur dan seterusnya harus berkomunikasi dan bekerja sama untuk menciptakan efisiensi, mengelola risiko, dan beradaptasi pada perubahan dengan cepat.

Tujuan dari SCM 

Ada beberapa objektif dari SCM (Supply Chain Management) yang penting untuk dipahami. SCM (Supply Chain Management) mempunyai tujuan yaitu menyelaraskan suplai dan demand secara efektif dan efisien. Selain itu juga untuk menghindari berbagai macam masalah yang dapat muncul selama proses integrasi supply chain. Masalah yang sering muncul terkait dengan pengadaan sumber daya, pengelolaan akuisisi, manajemen supplier, manajemen customer relationship, identifikasi masalah dan meresponnya, dan juga manajemen risiko.

Objektif strategik dari SCM (Supply Chain Management) adalah untuk memenangkan kompetisi pasar atau paling tidak untuk bertahan di pasar. Untuk memenangkan kompetisi, sebuah bisnis harus mampu menyediakan produk yang benar-benar bagus dan layak. Supply chain harus bisa menyediakan produk yang terjangkau, berkualitas, dan bervariasi. Jika produk bisa memenuhi demand dan ekspektasi konsumen, bisnis Anda akan dengan mudah memenangkan kompetisi pasar.

Mengapa SCM (Supply Chain Management) Penting bagi Sebuah Bisnis?

Sistem SCM (Supply Chain Management) yang efektif dapat meminimalisir biaya, limbah, dan waktu pada siklus produksi. Standar industri yaitu menjadi just-in-time supply chain di mana penjualan ritel secara otomatis memberikan sinyal penambahan pesanan kepada manufaktur. Stok ritel kemudian bisa ditambahkan hampir secepat produk tersebut terjual. Satu cara untuk meningkatkan proses ini adalah menganalisa data dari supply chain partner untuk melihat di bagian mana yang membutuhkan perhatian dan peningkatan lebih jauh.

Dengan menganalisa data dari supply chain partner, SCM dapat berjalan efektif dan dapat meningkatkan value siklus supply chain.

  • Mengidentifikasi potensi masalah. Ketika seorang konsumen memesan produk melebihi kemampuan manufaktur untuk menyediakan produk tersebut, pembeli bisa jadi komplain terkait pelayanan yang buruk. Melalui analisis data, manufaktur jadi bisa mengantisipasi kekurangan tersebut sebelum pembeli kecewa.
  • Mengoptimasi harga secara dinamik. Produk yang musiman mempunyai masa umur yang terbatas. Pada akhir musimnya, produk-produk ini biasanya dijual dengan diskon yang besar. Maskapai penerbangan dan hotel misalnya, biasanya akan menyesuaikan harga secara dinamik untuk memenuhi permintaan. Dengan menggunakan software analitik, teknik prediksi yang serupa dapat meningkatkan margin.
  • Meningkatkan alokasi inventaris yang menjanjikan. Tool dari software analitik membantu mengalokasikan sumber daya dan menjadwalkan kerja berdasarkan prediksi penjualan, pemesanan barang, dan pengiriman material mentah. Manufaktur dapat mengkonfirmasi tanggal pengiriman produk ketika pemesanan dilakukan. Hal ini dapat secara signifikan menghindarkan dari kesalahan pemenuhan pesanan.

Kelebihan dan Kekurangan SCM (Supply Chain Management)

SCM (Supply Chain Management) mempunyai beberapa kelebihan yang mendatangkan keuntungan bagi sebuah bisnis sehingga berdampak pada profit yang lebih tinggi dan brand image yang lebih baik serta keuntungan kompetitif yang lebih baik juga. Beberapa kelebihannya yaitu:

  • Kemampuan yang lebih baik untuk memprediksi dan memenuhi permintaan konsumen
  • Visibilitas supply chain yang lebih baik, manajemen risiko dan sifat prediktif
  • Mengurangi proses yang tidak efisien dan limbah produk
  • Kualitas produk meningkat
  • Meningkatkan sustainability, baik dari sudut pandang yang bersifat sosial maupun lingkungan
  • Memangkas biaya yang tidak diperlukan
  • Meningkatkan cash flow
  • Logistik lebih efisien

Selain mempunyai kelebihan, SCM (Supply Chain Management) juga mempunyai beberapa kekurangan dalam penerapannya. Setiap bisnis dalam menjalankan SCM (Supply Chain Management) tentu akan berhadapan dengan beberapa tantangan yang merupakan kekurangan dari penerapan SCM (Supply Chain Management) itu sendiri jika dalam pelaksanaannya kurang mempunyai strategi yang tepat, yaitu seperti berikut:

  • Ketersediaan bahan baku yang tidak terpenuhi jika mempunyai supplier yang tidak berkomitmen
  • Banyak pihak terlibat dan memiliki kepentingan yang beragam
  • Ketersediaan produk yang tidak pasti jika kapasitas pabrik tidak dimaksimalkan
  • Stok produk yang berlebihan jika proses distribusi terhambat
  • Permintaan produk tidak pasti karena kurangnya pemasaran produk

Perbedaan Logistik dan Supply Chain

SCM (Supply Chain Management) memetakan strategi dan aktivitas-aktivitas yang dimasukkan ke dalam perencanaan, penyediaan sumber daya, produksi, dan pengiriman barang, dan juga mengatasi masalah pengembalian barang. Logistik berfokus pada produk yang tepat berada di tempat yang tepat pula dan di waktu yang tepat, dan  bagaimana produk-produk tersebut sampai di sana.

Kunci perbedaan antara SCM (Supply Chain Management) dan logistik yaitu terletak pada jangkauan dan fokusnya. Kunci perbedaan di antara mereka termasuk:

  • Logistik adalah aktivitas-aktivitas di dalam SCM (Supply Chain Management). SCM melakukan berbagai aktivitas seperti produksi dan perencanaan inventaris, perencanaan kerja, manajemen material dan fasilitas, manufaktur dan pengiriman barang dan jasa.
  • SCM (Supply Chain Management) bertujuan untuk meningkatkan proses untuk mencapai keuntungan yang kompetitif, sedangkan logistik menekankan pada pemenuhan kebutuhan konsumen dan ekspektasi mereka.
  • Logistik fokus pada pengiriman barang yang efisien dan efektif ke konsumen.
  • SCM mengontrol pengembangan bahan baku mentah hingga menjadi produk jadi yang berpindah dari supplier ke produsen lalu ke gudang kemudian ke ritel dan akhirnya ke konsumen.

Berikut perbedaan SCM (Supply Chain Management) dan logistik yang dijabarkan dalam tabel:

LogistikSCM (Supply Chain Management)
Logistik merupakan satu aktivitas di dalam SCMSCM meliputi aktivitas-aktivitas yang cukup luas; termasuk perencanaan, penyediaan sumber material, manajemen kerja dan fasilitas, produksi dan pengiriman barang dan jasa
Logistik berfokus pada pengiriman barang secara efisien dan efektif ke konsumenSCM menargetkan performa operasional yang lebih tinggi yang akan memberikan bisnis sebuah keuntungan yang kompetitif
Logistik berpusat pada pemindahan dan transportasi barang dalam sebuah perusahaanSCM memangku pengembangan material mentah menjadi barang jadi yang berpindah dari produsen ke manufaktur. Barang-barang tersebut di distribusikan ke ritel atau langsung ke konsumen

Cara Kerja SCM (Supply Chain Management) pada Bisnis

Ada lima komponen dari sistem SCM (Supply Chain Management) yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Perencanaan dan pengelolaan semua sumber daya sangat penting untuk memenuhi permintaan konsumen atas produk atau jasa sebuah bisnis. Ketika supply chain sudah ditentukan dan tetap, tentukanlah metrik untuk mengukur apakah supply chain efisien, efektif, memperlihatkan value ke konsumen dan memenuhi tujuan perusahaan.

2. Penyediaan Sumber Daya

Pilihlah supplier untuk menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk membuat produk-produk bisnis Anda. Lalu, tetapkan proses untuk memonitor dan mengelola hubungan supplier. Kunci prosesnya termasuk pemesanan, penerimaan, pengelolaan inventaris dan otorisasi pembayaran supplier.

3. Manufaktur

Aturlah dengan baik semua aktivitas yang dibutuhkan untuk menerima bahan baku mentah, manufaktur produk, menguji kualitas, mengepak untuk pengiriman dan menjadwalkan pengiriman.

4. Pengiriman dan Logistik

Koordinasikan pesanan konsumen, penjadwalan pengiriman, pengiriman muatan, invoice untuk konsumen, dan penerimaan pembayaran.

5. Pengembalian

Buatlah sebuah jaringan atau alur untuk mengambil kembali barang yang cacat produksi, kelebihan produk, atau produk yang tidak diinginkan.

Penerapan dan Contoh SCM (Supply Chain Management)

Perusahaan umumnya mempunyai sebuah sistem SCM (Supply Chain Management) yang melibatkan beberapa pihak yang berkaitan dalam satu alur melalui 6 langkah, yaitu bahan baku mentah, supplier, manufaktur, distribusi, ritel, dan konsumen.

lqmOFof267EtTqR atH8s6B7Tomzv 7y eJzneMU7aQHO8Fz4NuetecCC OOI s0fYCWvt6xuSypZYQ8pIc X99pgRRknfq

Sumber: www.techtarget.com

Penjelasannya sebagai berikut:

  • Bahan Baku mentah

Langkah pertama yang merupakan tahap awal supply chain adalah penyediaan bahan baku mentah yang sesuai dengan kriteria dan standar perusahaan. Harus dipastikan ketersediaan bahan baku mentah memenuhi permintaan perusahaan sehingga tidak menimbulkan masalah pada proses selanjutnya.

  • Supplier

Bahan baku mentah yang sudah memenuhi syarat perusahaan dikirim ke supplier yang kemudian dijual kembali dalam jumlah besar ke berbagai perusahaan yang membutuhkan untuk produksi barang atau jasa.

  • Manufaktur

Sesampainya di manufaktur, bahan baku mentah tersebut diolah hingga menjadi produk jadi. Kemudian dilakukan pula pengujian produk sehingga lolos uji kualitas, lalu produk jadi yang lolos uji kualitas akan didistribusikan ke konsumen.

  • Distributor

Distributor bertugas mendistribusikan produk ke seluruh area target. Biasanya distributor tidak menyalurkan barang langsung ke konsumen akhir, namun ke pedagang ritel terlebih dahulu.

  • Ritel

Pengusaha ritel memegang kendali penuh untuk urusan pemasaran produk. Pihak ritel ini yang langsung berinteraksi dengan konsumen akhir dan menjual produknya langsung ke konsumen akhir.

  • Konsumen

Setelah melalui 5 langkah sebelumnya, produk akhirnya pun sampai di konsumen akhir. Pihak konsumen ini yang kemudian akan menentukan demand produk selanjutnya. Setelah berada di tangan konsumen, siklus supply chain ini kembali berputar mulai dari bahan baku mentah untuk produksi.

Dalam penerapannya, SCM memiliki 4 model yaitu model make-to-stock terintegrasi, model build-to-order, model penambahan berkelanjutan, dan model perkumpulan channel. Contohnya, Starbuck menerapkan model make-to-stock terintegrasi. Model ini melacak permintaan konsumen secara real-time, sehingga inventaris bisa diproses dan distok ulang secara efisien. Data yang didapat secara real-time juga dapat digunakan untuk mengembangkan dan memodifikasi rencana produksi dan penjadwalan. Starbuck menggunakan beberapa channel distribusi ― tidak hanya menjual minuman kopi ke konsumen tetapi juga menjual biji kopi dan juga bubuk kopi untuk bisnis yang lebih besar lintas industri. Starbuck sukses mengintegrasi semua sumber dari permintaan dengan menggunakan sistem informasi otomatis untuk manufaktur. Sistem ini melingkupi perencanaan, manufaktur, penjadwalan, dan kontrol inventaris.

Peran Software SCM

Beberapa masalah bisa muncul dalam pelaksanaan SCM. SCM harus bisa mengontrol area jaringan distribusi mulai dari jumlah, lokasi, supplier fasilitas produksi, pusat distribusi, pergudangan, dan konsumen. Untuk melaksanakan proses supply chain ini, dibutuhkan sebuah strategi sehingga bisa lebih efektif dan efisien. Oleh karenanya, dibutuhkan teknologi terintegrasi atau software sehingga proses distribusi dapat berjalan dengan lancar. Dengan bantuan software distribusi, informasi harga distribusi, inventaris, dan juga masalah transportasi bisa terlaksana dengan lancar. Salah satu software distribusi yang bisa Anda gunakan demi kelancaran proses SCM perusahaan Anda yaitu Sidig. Pelajari selengkapnya dengan mengunjungi https://sidig.id/

WeCreativez WhatsApp Support
Kontak kami melalui Whatsapp
👋 Halo,ada yang bisa kami bantu?