Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Distribusi dan logistik merupakan dua istilah yang sangat berbeda namun saling berkaitan dan sama-sama penting ketika menjalankan sebuah bisnis. Baik untuk bisnis produk maupun jasa, keduanya sama-sama membutuhkan peran distribusi maupun logistik.

Antara membuat penjualan dan mengantarkan pesanan konsumen, distribusi logistik memainkan peran yang sangat krusial pada mata rantai pasok. Distribusi adalah jantung pada bisnis, khususnya bisnis online. Tanpa distribusi, akan sulit untuk mengirim barang secara konsisten dan memenuhi ekspektasi konsumen.

Bagaimanapun, untuk menjalankan distribusi secara tepat, perlu tindakan yang seimbang. Misalnya, Anda membutuhkan inventasi yang cukup untuk memenuhi tingginya permintaan bersamaan juga dengan mengoptimasi ruang penyimpanan untuk menghemat biaya operasional.

Komponen utama dari distribusi logistik adalah untuk mengurangi risiko, menghemat biaya, dan membuat supply chain menjadi lebih kuat seberapapun tantangan datang. Yuk, kita bahas lebih lanjut mengenai manajemen distribusi logistik.

Apa itu Sistem Logistik?

Sistem logistik merujuk pada proses perencanaan, pengimplementasian, dan pengontrolan pergerakan produk, jasa, atau informasi di dalam sebuah mata rantai pasok dari poin asal mulanya hingga pada titik konsumsi. Berbagai macam perusahaan logistik menangani beberapa atau bahkan semua fungsi supply chain tergantung pada syarat logistik dari klien mereka.

Untuk sistem pengadaan logistik sendiri ada dua macam yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi, tetapi bisa juga campuran keduanya. Sistem sentralisasi yaitu sistem terpusat pada satu unit logistik yang diberikan kewenangan untuk mengadakan barang-barang logistik yang dibutuhkan oleh unit-unit kerja dalam satu organisasi.

Sedangkan sistem desentralisasi yaitu terdapat pemberian kewenangan bagi masing-masing unit kerja untuk merancang daftar barang yang dibutuhkan dan juga kewenangan untuk memproses pengadaannya secara mandiri sehingga masing-masing unit kerja punya unit logistik masing-masing juga di dalam organisasinya.

Sistem informasi logistik menyediakan informasi barang dan mengikuti pola pengiriman mereka dengan progres dan status mereka, dan juga pengaruh perubahan pada pembelian, produksi, pergudangan, dan juga sistem finansial dan akuntansi.

Apa itu Manajemen Logistik?

Manajemen logistik adalah pengaturan fungsi-fungsi manajemen supply chain yang membantu untuk mengatur perencanaan, pengelolaan, dan pengimplementasian proses untuk memindahkan dan menyimpan barang.

Aktivitas manajemen logistik biasanya termasuk manajemen transportasi arah pulang dan pergi, manajemen armada, pergudangan, penanganan material, pemenuhan pesanan, desain jaringan logistik, kontrol inventaris, perencanaan suplai atau permintaan dan manajemen penyedia layanan logistik pihak ketiga.

Termasuk dalam manajemen logistik yaitu sistem manajemen gudang logistik juga. Sistem gudang logistik melingkupi faktor-faktor kompleks dari pengaturan, pemindahan, dan pengelolaan yang terlibat di dalam pergudangan; termasuk juga alur (pengiriman dan penerimaan) inventaris fisik, informasi, dan waktu operasional gudang.

Sistem gudang logistik melibatkan semua kebijakan, prosedur, dan pengaturan alat-alat penting sehingga operasional pergudangan berjalan dengan lancar.

Fungsi Sistem dan Manajemen Logistik

Percuma saja produk Anda sangat fantastis jika tidak mencapai konsumen di mana dan kapan mereka membutuhkannya. Oleh karenanya, sistem dan manajemen logistik sangat esensial untuk kesuksesan sebuah bisnis.

Fungsi-fungsi sistem dan manajemen logistik yaitu termasuk layanan konsumen, pemrosesan pesanan, pencarian sumber dan akuisisi, manajemen inventaris, pergudangan, rencana produksi dan penjadwalan, pengemasan dan pengumpulan, penanganan kargo, dan transportasi. Manajemen logistik adalah bagian dari semua tahap perencanaan dan eksekusi strategi dan operasional.

Lebih jauh, sistem dan manajemen logistik mengkoordinasi semua aktivitas logistik dan mengintegrasinya dengan fungsi-fungsi lainnya termasuk marketing, penjualan, manufaktur, finansial, dan teknologi informasi. Dengan integrasi sistem logistik, segala proses dan aktivitas logistik dapat berjalan dengan baik dan lancar tentunya.

Apa yang Dimaksud dengan Manajemen Distribusi Logistik?

Sistem distribusi logistik bisa berarti banyak hal tergantung dari industrinya. Untuk brand yang langsung berinteraksi dengan konsumen, distribusi logistik merujuk pada proses pengiriman barang jadi secara keseluruhan mulai dari manufaktur atau supplier secara langsung ke ritel atau pusat distribusi di mana pemrosesan pemenuhan pesanan berlangsung.

Dari situ, pesanan disiapkan untuk last-mile delivery. Selama fase distribusi, brand online akan bekerja dengan mitra pembawa yang bervariasi untuk memastikan shipment terkirim tepat waktu dan punya tarif yang paling terjangkau.

Manajemen distribusi logistik berperan mengelola segala proses distribusi logistik dan memastikan barang manufaktur mencapai konsumen dengan cepat dan terpercaya. Perannya sangat krusial dalam mengelola segala aktivitas yang menjembatani antara produksi dan pasar. Areanya mencakup semua proses termasuk distribusi barang ― dari perusahaan manufaktur hingga sampai ke konsumen.

Kemudian fungsi logistik pemasaran dalam saluran distribusi meliputi:

  1. Mengembangkan dan melakukan komunikasi yang persuasif mengenai penawaran produk.
  2. Mengumpulkan informasi penting tentang konsumen dan kompetitor untuk perencanaan kedepannya dan membantu jika perlu dilakukan penukaran barang.
  3. Menempatkan konsumen dan membantu dalam perencanaan untuk mengirimkan produk ke konsumen di dalam time frame yang mereka inginkan.
  4. Menyederhanakan transaksi antara penyedia logistik dan konsumen.
  5. Membantu dalam perencanaan pusat distribusi yang dekat dengan konsumen untuk memastikan bahwa waktu pengiriman sesuai.

Tujuan Manajemen Distribusi Logistik

Berikut beberapa tujuan dari manajemen distribusi logistik:

  1. Memastikan kuantitas produk cukup dan tersedia untuk konsumen. Konsumen harus menerima barang dengan tepat waktu.
  2. Menghemat biaya. Permintaan yang tinggi mengharuskan proses distribusi logistik hanya memakan biaya serendah mungkin untuk mengurangi biaya terkait dengan transportasi, pergudangan, kekurangan barang dan pemrosesan pesanan.
  3. Mempengaruhi kemungkinan produk terus tersedia dan menempati posisi tinggi di pasar.

Contoh Sistem Manajemen Logistik dari Amazon

Bisa dibilang pemimpin logistik paling terkenal yang sudah muncul beberapa dekade terakhir adalah raksasa e-commerce Amazon, yang bisa menjadi contoh sistem logistik sekaligus contoh sistem logistik yang terintegrasi. Amazon terkenal dengan strategi sistem manajemen logistiknya dan merupakan contoh manajemen logistik yang bisa Anda pelajari untuk diterapkan.

Hal tersebut mungkin karena jaringan global distribusi milik perusahaan, penyortiran, dan pusat pemenuhan kebutuhan dan pesanan. Model pengiriman Amazon same-day dan next-day bertumpu pada framework logistik yang kompleks.

Produk dikirimkan ke pusat pemenuhan kebutuhan dan pesanan sebelum dipindahkan ke pusat sortir. Setelah barang sudah sampai di pusat sortir Amazon, barang kemudian dimuat ke mode transportasi jangkauan luas yang bisa juga termasuk armada milik perusahaan sendiri seperti truk atau pesawat pengiriman.

Amazon sudah benar-benar merombak manajemen logistiknya, namun hal tersebut bukan satu-satunya penyedia third party logistics (3PL) yang utama yang meledak di dalam industrinya. Perusahaan seperti UPS dan FedEx juga sudah berperan cukup signifikan dalam transformasi logistik.

Aplikasi Manajemen Distribusi Logistik

Peran teknologi sangat membantu dalam proses manajemen distribusi logistik ini. Aplikasi manajemen distribusi logistik harus mampu menjalankan fungsi dan proses perusahaan untuk mengelola dan mengeksekusi penyimpanan dan pengiriman produk.

Aplikasi manajemen distribusi logistik melibatkan fungsi terintegrasi dan komprehesif dari sistem ERP secara keseluruhan. Fungsinya biasanya terintegrasi dengan fungsi bisnis lain dalam sistem seperti penjualan, finansial, procurement, dan human resource; sekaligus juga berfokus pada manajemen pergudangan, manajemen transportasi, perencanaan supply chain, dan eksekusi supply chain.

Sidig bisa menjadi pilihan aplikasi manajemen distribusi logistik bisni Anda. Pelajari selengkapnya dengan mengunjungi https://sidig.id/

Pengertian SKU Stock Keeping Unit beserta Contoh

Pengertian SKU Stock Keeping Unit beserta Contoh

Jika Anda seperti kebanyakan pedagang ritel dan pedagang grosir, Anda bisa menginvestasikan uang Anda pada stok, yang mana terletak di pusat bisnis penjualan Anda, dan juga proses inventaris. Hal ini dapat menjaga jalur stok dengan hati-hati seiring dengan pertumbuhan esensial bisnis Anda yang berjalan menuju kesuksesan.

SKU adalah pengidentifikasian yang unik untuk setiap produk Anda yang memudahkan untuk melacak inventaris. SKU merupakan alat yang vital untuk pedagang ritel dan pedagang grosir karena dapat memberi kemudahan untuk mereka dalam mengidentifikasi produk-produk dan memonitor level stok melalui sistem dan channel. Kesuksesan bisnis Anda bergantung pada manajemen produk yang baik tentunya. Dan manajemen produk yang baik bergantung pada SKU.

Bisa dibilang manajemen produk yang bagus dimulai dengan SKU yang unik. Manajemen SKU dapat membantu Anda untuk mengoptimalkan inventaris dan pembelian sehingga secara tidak langsung SKU turut serta dalam meningkatkan revenue perusahaan.

banner sidig

Apa itu SKU?

SKU merupakan singkatan dari Stock Keeping Unit. Sebuah ritel biasanya menggunakan SKU untuk mengidentifikasi inventaris bisnis mereka. Kebanyakan ritel tahu bahwa SKU membantu mereka untuk melacak produk dari vendor ke konsumen. Baik veteran ritel maupun bisnis baru, mempunyai inventaris yang sangat besar atau stok terbatas, mengoperasikan toko fisik atau online; sebaiknya Anda mempunyai rancangan dan desain SKU.

Secara sederhana, SKU adalah penanda unik untuk item terjual. Ritel menciptakan kode mereka sendiri berdasarkan ragam karakter merchandise mereka. Biasanya, SKU dibagi ke dalam beberapa klasifikasi dan kategori. Misalnya, toko peralatan rumah tangga mempunyai section berbeda-beda seperti rumput dan kebun. SKU mereka mungkin didesain sekitar klasifikasi rumput dan kebun dan mempunyai angka atau huruf yang menunjukkan produk sebagai kategori di dalam section rumput dan kebun.

Fungsi SKU

SKU berfungsi untuk membedakan satu produk dan produk lainnya. Akan sulit untuk melacak penjualan dan inventaris tanpa klasifikasi seperti waktu pembuatan, model, tipe, warna, ukuran, atau ciri identifikasi lainnya. Misalnya, asumsikan ritel untuk toko bahan bangunan baru membutuhkan SKU untuk memulai prosedur inventaris mereka.

Mereka mungkin menggunakan huruf A untuk cat: A1 berarti cat tembok, sedangkan A2 mewakili cat besi. Seri selanjutnya kode alpanumerik juga berlaku untuk indikator warna, diikuti ukuran dan sebagainya.

Kemudian SKU dimasukkan ke sistem manajemen inventaris, yang terikat ke poin sistem penjualan. Ritel pun menjadi bisa untuk melacak inventaris dan penjualan melalui laporan detail. Sebuah sistem SKU juga memfasilitasi ritel untuk mengelola data terkait dengan konsumen, penjualan, dan inventaris mereka.

Mengapa SKU itu Penting?

SKU membantu pembeli membandingkan karakteristik dari item serupa. Misalnya, ketika pembeli membeli sebuah DVD spesifik, ritel online mungkin menampilkan filem yang mirip yang dibeli oleh konsumen lain berdasarkan informasi SKU. Metode ini bisa jadi memicu pembelian tambahan oleh konsumen. Dengan demikian, SKU bisa dibilang punya kegunaan secara tidak langsung menaikkan revenue perusahaan.

SKU juga membantu Anda untuk mengumpulkan data penjualan. Contohnya, sebuah toko dapat mengetahui item yang mana yang terjual dengan baik dan item yang mana yang tidak, berdasarkan scan SKU dan data POS (point-of-sale).

Cara Membuat dan Contoh SKU

SKU bisa dilakukan secara manual maupun menggunakan online SKU generator. Untuk komponen format SKU sendiri variabelnya bisa disesuaikan dengan jenis produk masing-masing. Sebelum ke contohnya, mari kita bahas anatominya terlebih dahulu.

Bagian pertama SKU biasanya adalah karakter paling umum seperti departemen, kategori produk, atau supplier. Dua atau tiga karakter alpanumerik pertama dipetakan untuk karakteristik ini.

Kemudian beberapa karakter selanjutnya mewakili fitur spesifik setiap produk seperti warna, ukuran, brand, atau sub-kategori lainnya.

Lalu, dua atau tiga karakter terakhir menunjukkan urutan, membantu SKU untuk memberitahu angka produk yang Anda punya dan urutan mereka dibeli dan diproses.

Contoh SKU

Ada beberapa variasi dalam pembuatan dan penulisan SKU, ada yang memakai dash atau tanda strip pemisah dan ada yang tanpa tanda baca apapun hanya berupa angka dan huruf.

Contoh SKU yaitu WHT-SML-H456-LV

WHT merujuk pada warna produk (white).

SML menunjukkan ukuran yaitu small.

H456 mengindikasikan nomer model dari pabrikan.

LV merupakan merk prouk.

Jika saat ini Anda sedang merintis sebuah bisnis penjualan produk atau memang sedang mengatur untuk membuat SKU untuk bisnis produk Anda, jangan khawatir karena kami punya solusinya.

Yuk, permudah pembuatan SKU bersama Sidig. Segera hubungi, konsultasikan kebutuhan, dan jadwalkan live demo bersama tim Sidig.

Maksimalkan Reveneu dengan Upselling

Maksimalkan Reveneu dengan Upselling

Setiap bisnis pasti menginginkan peningkatan revenue setiap tahunnya, dari waktu ke waktu. Dibutuhkan sebuah strategi marketing yang ampuh untuk mewujudkan hal tersebut tentunya. Upselling bisa menjadi salah satu pilihan strategi marketing yang bisa Anda gunakan untuk meningkatkan revenue bisnis Anda. Bisa dibilang upselling merupakan sebuah strategi yang cukup sederhana, namun jika direncanakan dengan matang dan dieksekusi dengan baik maka dampaknya pun cukup kuat.

Berbeda dengan cross selling yang menggunakan teknik yaitu menawarkan produk yang saling berkaitan ke konsumen, upselling biasanya melibatkan menjual versi lebih baik dari apa yang sudah dibeli dengan menaikkan harga penjualan. Jika Anda mempunyai bisnis dengan skala kecil atau medium dan ingin mengoptimalkan sumber daya untuk pertumbuhan bisnis Anda, upselling bisa menjadi strategi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan tersebut dan pada akhirnya dapat meningkatkan revenue perusahaan Anda. Bagaimana upselling dapat memaksimalkan revenue bisnis Anda? Cari jawabannya di sini, ya.

Apa itu Strategi Upselling?

Strategi upselling adalah sebuah strategi penjualan, yaitu teknik yang bertujuan untuk mempersuasi konsumen agar membeli produk yang lebih mahal, lebih upgrade, atau versi lebih premium dari item yang sudah dipilih atau tambahan item lain dalam rangka membuat penjualan yang lebih besar. Upselling sering mengaryakan charts ke produk yang lebih high-end di pasar ke kosumen.

Menawarkan versi lain atau model lain yang lebih bagus akan memenuhi kebutuhan konsumen dan membantu pembeli merasa lebih puas dengan belanjaan mereka. Perusahaan-perusahaan yang punya kelebihan di upselling biasanya lebih efektif dalam membantu konsumen untuk memvisualisasikan value yang akan mereka dapatkan dengan membeli item yang lebih mahal.

Keuntungan Upselling

Ketika menerapkan strategi upselling, tentu hasilnya tidak akan instan. Dan, dengan menggunakan teknik upselling bukan berarti penjualan akan meningkat secara langsung. Sebaiknya, tidak berekspektasi penuh terhadap dampak penjualan tetapi ketika mengaplikasikan upselling lebih baik menanamkan motivasi yaitu untuk memberikan konsumen pengalaman berbelanja yang lebih baik. Berikut beberapa keuntungan dari strategi upselling:

  • Meningkatkan CLV (Customer Lifetime Value), menaikkan profitabilitas sebagai timbal baliknya
  • Membantu Anda memberikan layanan yang lebih personal, meningkatkan hubungan dengan konsumen
  • Menarik lebih banyak konsumen premium
  • Secara tidak langsung meningkatkan revenue perusahaan
  • Mengoptimalkan value dari setiap penjualan
  • Menawarkan solusi komplit dan meningkatkan retensi konsumen
  • Meningkatkan layanan konsumen
  • Memperluas pilihan produk dan jasa

Cara Kerja Upselling

Ada banyak cara yang bisa digunakan untuk menerapkan teknik upselling pada bisnis perusahaan Anda. Berikut beberapa cara yang bisa Anda pilih untuk diterapkan, bergantung pada apa penawaran Anda:

  • Menawarkan diskon. Menyediakan diskon khusus untuk produk premium ketika konsumen membeli produk yang punya harga lebih rendah.
  • Memberikan batas waktu untuk penawaran khusus. Memberikan diskon untuk produk premium dalam penawaran dengan waktu terbatas. Dengan sebuah perasaan terdesak karena waktu yang terbatas, maka hal tersebut dapat memotivasi konsumen untuk membeli produk yang lebih premium.
  • Menjadikannya sebagai item tambahan (Add-ons). Menawarkan bundling item add-ons ke produk atau jasa Anda. Namun, Anda harus memastikan bahwa item yang dimasukkan ke dalam add-ons menambah value untuk produk atau jasa utama.
  • Menciptakan tekanan sosial. Pernahkah Anda mengobservasi ketika menggunakan website atau e-commerce untuk membeli sebuah produk atau menambahkan produk ke keranjang belanja Anda lalu Anda mendapatkan pesan muncul seperti “people who bought this item also bought these.” Hal tersebut yang dinamakan menciptakan tekanan sosial atau FOMO (fear of missing out).

Kapan Sebaiknya Upselling Dilakukan?

Ketika hampir semua orang familiar dengan pre-sale upselling, sebenarnya kesempatan-kesempatan untuk melakukan upselling ada di setiap tahap siklus hidup konsumen.

  • Upselling Sebelum hingga Awal Penjualan

Baik ketika prosesnya online ataupun berhadapan langsung, upselling yang sukses dimulai dari momen ketika konsumen memasuki toko Anda. Gunakanlah halaman produk untuk produk yang lebih murah atau dasar untuk merekomendasikan versi premium atau versi lebih bagusnya menggunakan chart perbandingan. Dapatkan perhatian konsumen dan lakukan interaksi dengan menempatkan produk upselling tepat di samping produk yang dasar.

  • Upselling Ketika Melakukan Transaksi Pembelian

Gunakanlah waktu transaksi pembelian untuk menginformasikan kepada para pembeli mengenai penawaran yang meningkatkan pembelian mereka; termasuk besaran diskon, opsi personalisasi, pengiriman yang cepat, gift-wrapping, atau layanan proteksi.

  • Upselling Setelah Pembelian

Upselling setelah pembelian memfasilitasi konsumen untuk menambah upgrade ke pembelian mereka. Ini terutama efektif untuk software atau aset digital, di mana akan mudah untuk menambah fitur atau fungsionalitas. Jika Anda upselling produk fisik, salah satu cara upselling setelah transaksi yaitu dengan menawarkan konsumen sebuah garansi produk atau premium support untuk belanjaan mereka. Khusus untuk layanan berupa penggaransian produk, Sidig merupakan salah satu software aplikasi yang direkomendasikan.

Bagaimana Mengukur dan Menilai Upselling?

Laju konversi upselling melacak angka penjualan yang dilakukan oleh konsumen di atas dan melampaui produk awal yang mereka pilih untuk dibeli. Upselling bisa dikatakan berhasil jika ada selisih jumlah pendapatan atau nominal kecil persentase antara 10%-20%.

Daftar di bawah adalah beberapa cara paling umum dan populer untuk mengukur dan menilai seberapa baik program upselling bekerja untuk bisnis Anda:

  • Volume penjualan rata-rata untuk setiap konsumen naik, diukur dengan rupiah atau unit; volume penjualan adalah satu cara untuk menilai jika upselling sudah terjadi.
  • Luas penjualan melebar, diukur dengan jumlah produk atau jasa untuk setiap individual.
  • Atrisi konsumen menurun, terkadang atrisi yang lebih tinggi dari laju normal dapat berarti bahwa upselling yang diusahakan tidak efektif. Meskipun begitu, atrisi konsumen yang tinggi dapat juga dikarenakan oleh faktor lain.
Cross Selling dan Upselling, Mana yang Lebih Baik?

Cross Selling dan Upselling, Mana yang Lebih Baik?

Cross selling dan upselling merupakan dua strategi yang secara luas digunakan oleh banyak brand untuk meningkatkan profit mereka dan membagi value pembelian dengan nilai rata-ratanya. Kedua stratregi marketing ini sebenarnya sangat sederhana tapi juga sangat efektif untuk meningkatkan penjualan bisnis Anda.

Menggaet konsumen-konsumen baru bisa dibilang akan membutuhkan biaya lebih mahal daripada mempertahankan konsumen yang sudah ada atau konsumen lama. Di samping itu, konsumen loyal membeli lebih sering dibandingkan dengan prospek-prospek baru. Jadi, jika Anda mengabaikan strategi cross selling dan upselling ini untuk diterapkan ke kustomer Anda saat ini, Anda benar-benar sudah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan profit yang sangat banyak.

Meskipun cross selling dan upselling sama-sama merupakan strategi marketing, namun keduanya memiliki teknik atau metode yang berbeda. Bagaimana, sih, cara kerja cross selling dan upselling? Dan mana yang lebih baik, cross selling atau upselling? Yuk, kita bahas lebih lanjut pada artikel ini.

Apa itu Cross-Selling?

Cross selling adalah sebuah teknik dalam strategi marketing yaitu mempersuasi, mengajak, dan mendorong konsumen untuk membeli produk atau jasa lain selain barang atau jasa yang sudah hendak dibeli sebagai tambahan. Seringkali barang yang dilibatkan dalam strategi cross selling adalah barang komplementer atau barang yang bisa melengkapi dari barang apa yang sudah dipilih untuk dibeli, sehingga konsumen akan merasa lebih punya alasan untuk membeli keduanya atau bahkan beberapa barang sekaligus karena barangnya saling berkaitan.

Setelah konsumen sudah memasukkan belanjaan ke keranjang belanja atau hendak membayar di kasir, secara implisit mereka mensinyalkan bahwa mereka adalah konsumen aktif dan punya intensi untuk membeli. Pada titik siklus hidup pembeli ini, sebuah bisnis seringkali akan mengimplementasikan teknik cross selling ini dengan merekomendasikan sebuah barang komplementer atau dengan memberikan diskon jika kedua barangnya dibeli langsung. Seiring dengan kenyataan bahwa konsumen sudah siap untuk melakukan pembelian pada tahap ini, mereka akan cenderung punya perilaku impulsif di menit-menit terakhir.

Apa itu Upselling?

Upselling adalah sebuah strategi penjualan ketika konsumen didorong untuk membeli sesuatu yang akan membuat pembelanjaan awal mereka bahkan menjadi lebih worthy. Upselling adalah teknik untuk memberi penawaran upgrade atau menawarkan versi yang lebih baik dari produk atau servis yang akan dibeli oleh konsumen. Produk atau servis yang dipromosikan biasanya produk atau item tambahan yang lebih mahal yang dapat menaikkan value pembelanjaan secara keseluruhan.

Upselling biasanya menjadi bagian dari perjalanan pembeli di mana mereka sudah menambahkan sesuatu ke keranjang belanja mereka atau sudah hampir bayar dan jadi punya perilaku lebih reseptif terhadap usaha penjualan di menit-menit akhir. Konsumen biasanya sudah riset produknya, mereka mungkin sudah mempertimbangkan upgrade atau menambah item yang seharusnya meningkatkan kemungkinan mereka untuk akhirnya memutuskan beralih ke versi lebih baik itu di menit terakhir.

Marketer sering menggunakan taktik ini dalam campaign untuk menghasilkan lebih banyak penjualan.

Perbedaan Cross Selling dan Upselling

Sebenarnya upselling dan cross selling adalah dua taktik yang mirip. Selain itu juga keduanya bertujuan untuk meningkatkan profit perusahaan meskipun dengan cara yang berbeda. Upselling menaikkan revenue dengan menjanjikan level produk yang lebih tinggi, sedangkan cross selling melakukan hal serupa dengan menyarankan untuk membeli lebih banyak produk.

Perbedaan antara dua teknik ini juga terletak pada intensi konsumen. Ketika pembeli menambah item yang merupakan bagian dari teknik cross selling, mereka tidak punya intensi untuk membeli item tambahan tersebut sebelumnya. Setelah penjual menyarankan untuk membeli lebih, konsumen mungkin jadi mempertimbangkan menambah item karena mereka cocok dengan barang yang sudah atau hendak dibeli sebelumnya.

Upselling menyerukan hasrat konsumen untuk membeli sesuatu. Penjual menawarkan untuk check out produk yang punya kualitas lebih baik dan hanya itu saja sudah.

Ringkasnya, upselling adalah teknik meng-upgrade belanjaan yang sudah ada sedangkan cross selling adalah menambah barang untuk dibeli.

Pibcxj52M61XARgyfhmPHI 4zQNgVEtHAtQSqYcCW71hP3PaOO3xymiqchMz AJvqfs23pb8W8och00hRse5OAdqIQ8JaVEY6OdPaNzehuD4BAzJNHK Oe5UM6 xjaazBxkM2jdaRhtYpnabRoEjyRMyb24JmUNslQP7F3R5reBWBCUIVVvm GkdamR
Sumber: tranzzo.com 

Contoh Cross selling dan Upselling

Berikut beberapa contoh cross selling dan upselling yang sudah diterapkan di banyak bisnis.

Cross Selling

  • McDonald’s

Saat Anda pergi ke McDonald’s untuk menikmati makan siang atau hanya sekedar ingin menikmati makanan ringan, Anda pasti sering menemui teknik cross selling ini. Misalnya Anda memesan cheeseburger, sudah pasti Anda juga akan ditawari untuk memesan French fries sekaligus. Kemudian jika Anda memesan menu nasi ayamnya, Anda pasti akan ditawari untuk memesan minuman juga seperti soda atau lemon tea.

  • Maybelline

Jika Anda ke gerai Maybelline untuk membeli maskara, Anda pasti juga akan ditawari untuk membeli beberapa item lainnya seperti eyeliner, lipstik, eyeshadow, dan item make up lainnya dari Maybelline.

Upselling

  • Starbucks

Ketika Anda memesan minuman kesukaan Anda di Starbucks, Anda pasti sudah tidak asing dengan penawaran untuk melakukan upsize. Misalnya Anda memesan Caramel Macchiato ukuran tall, pasti Anda sudah tidak asing dengan penawaran seperti “mau upgrade Caramel Macchiato-nya ke cup grande sekalian kak?”

  • HP

HP adalah manufaktur PC internasional yang cukup terkemuka. Ketika konsumen membeli sebuah perangkat PC atau laptop dari mereka, Anda akan menemui teknik upselling seperti penawaran berbagai macam bentuk garansi dan rencana proteksi. Mereka bahkan memasukkan indikator visual untuk menggerakkan konsumen ke rencana yang lebih komprehensif.

Bagaimana CRM Mendukung Fungsi Cross Selling dan Upselling?

Software CRM bisa membantu Anda untuk memperoleh detail data kustomer dan data penjualan. Dengan memahami data penjualan yang sudah ada, Anda bisa memprediksi perilaku kustomer Anda di masa mendatang. Software CRM juga bisa merekam interaksi antara konsumen dengan tim penjualan yang tentu bisa dimanfaatkan untuk memprediksi strategi upselling atau cross selling yang akan digunakan. 

Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu memilah konsumen dengan CRM sehingga mereka akan lebih bisa menerima penawaran upselling dan cross selling Anda. Dengan data yang ada, Anda bisa membuat persona pembeli untuk konsumen Anda yang akan membantu untuk memahami tujuan dan kebutuhan mereka. Hal tersebut juga dapat menunjukkan produk atau jasa mana yang bisa Anda upsell atau cross-sell.

Selain itu, penting juga untuk memonitor perjalanan konsumen sehingga dapat menunjukkan waktu yang tepat untuk menerapkan teknik upselling atau cross selling. Semua hal itu bisa dilakukan dengan menggunakan software CRM seperti Sidig. 

Supaya CRM Anda menyediakan data lengkap dan akurat dari hubungan bisnis Anda dan aktivitas yang terhubung dengan mereka, Anda perlu mengotomatiskan praktik sederhana CRM, melacak trend hubungan, dan mendorong kerja tim yang lebih kolaboratif untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan mengeksekusi cross selling dan upselling pada bisnis Anda.

Kesimpulan

Jadi mana yang lebih baik, cross selling atau upselling? Kembali lagi ke perilaku kustomer Anda dan jenis bisnis Anda. Pada dasarnya keduanya bisa sekali digunakan untuk meningkatkan revenue bisnis Anda dengan perencanaan strategi yang matang dan penerapan yang tepat. Untuk informasi lebih lanjut tentang aplikasi CRM guna mendukung strategi upselling dan cross selling yang sedang Anda rencanakan, kunjungi blog Sidig dan temukan artikel yang sedang Anda cari di sana.

Strategi Distribusi Amazon

Strategi Distribusi Amazon

Saat mendengar Amazon, pasti yang terbayangkan adalah sebuah perusahaan e-commerce besar. Perusahaan multinasional asal Amerika ini berbasis teknologi dan berfokus pada e-commerce, cloud computing, digital streaming, dan artificial intelligence. Amazon menjadi salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian dunia dan menjadi salah satu brand bernilai tinggi di antara para kompetitornya seperti Alibaba, Oracle, Microsoft, Google, dan sebagainya.

Banyak yang bisa dipelajari dari cerita sukses Amazon, salah satunya yaitu tentang strategi distribusi Amazon. Penasaran, kan, pasti kira-kira strategi distribusi Amazon seperti apa hingga bisa sesukses itu. Mari kita bahas lebih lanjut strategi distribusi Amazon, siapa tahu Anda bisa mengadaptasinya untuk bisnis Anda. Simak artikel ini sampai habis, ya. 

Tentang Amazon

Yuk, sedikit lebih mengenal sejarah berdirinya Amazon. Pada tahun 1994, Jeff Bezos membuat Amazon di garasinya dengan nama awal Cadabra. Tahun 1995 bisnisnya mulai beroperasi sebagai toko buku online dan lalu kemudian dari Cadabra berganti nama menjadi Amazon yang terinspirasi dari sungai Amazon dan mempunyai moto “get big fast.” Perusahaan garapan Jeff Bezos ini bermarkas besar di Seattle, Washington.

Sekarang Amazon sudah sangat berkembang pesat dan memperluas bisnisnya ke beberapa industri; termasuk grocery, fashion, dan sudah membuka pergudangan yang sangat besar di seluruh negara. Dikenal sebagai ritel online terbesar di dunia dan penyedia cloud service terkemuka, Anda bisa mengunjunginya di Amazon.com.

Perusahaan ini menjadi sebuah perusahaan yang menjalankan bisnis berbasis teknologi dan internet, berfokus pada penyedia layanan e-commerce, cloud computing, digital streaming, dan layanan artificial intelligence (AI). Bisa dibilang Amazon adalah perusahaan ikonik electronic commerce (e-commerce).

Layanan Amazon

Amazon menawarkan layanan jasa dan produk yang sangat luas di beberapa area seperti retail, technology consumer, subscription service, digital content, Amazon Web Service (AWS), Amazon AI services, dan Amazon privately owned brands. Detailnya adalah sebagai berikut:

  • Retail

Amazon Marketplace, Amazon Fresh, Amazon Vine, Woot, Zappos, Merch by Amazon, dan Amazon Handmade.

  • Consumer Technology

Amazon Kindle, Amazon Fire tablet, Amazon Fire TV, Amazon Alexa, Amazon Echo, Amazon Echo Dot, Amazon Echo Show, dan Amazon Astro.

  • Subscription Service

Amazon Prime, Amazon Prime Video, Amazon Drive, Twitch Prime, dan Amazon Music Prime.

  • Digital Content

Amazon Pay, Amazon Music Unlimited, Kindle Store, dan Amazon Appstore for Android.

  • Amazon Web Service (AWS)

S3, Amazon Simple Queue Service (SQS), Amazon EC2, Amazon S3 Glacier, AWS Identity dan Access Management (IAM), dan Amazon Redshift.

  • Amazon AI Services

Amazon SageMaker, Amazon Lex, Amazon Polly, Amazon Rekognition, AWS DeepLens, Alexa Voice Service, Amazon Transcribe, Amazon Translate, dan Alexa Skills Kit.

  • Amazon Privately Owned Brands

AmazonBasics, Amazon Elements, Mama Bear, Presto!, Amazon Essentials, Happy Belly, dan Goodthreads.

Anak Perusahaan Amazon

Mulai dari bidang kesehatan hingga hiburan, Amazon sudah menjadi perusahaan multipel yang menjalankan bisnisnya di berbagai sektor dari waktu ke waktu. Berikut daftar jajaran akuisisi dan anak perusahaan Amazon:

  • IMDb

IMDb diakuisisi oleh Amazon di tahun 1998 dan merupakan database paling populer di seluruh dunia untuk perfileman, TV, selebriti, video game, dan streaming online content.

  • Audible

Audible diakuisisi oleh Amazon tahun 2008 dan merupakan penyedia buku dan konten spoken audio.

  • Zappos

Amazon mengakuisisi ritel sepatu dan pakaian online ini di tahun 2009.

  • Twitch

Twitch dibeli oleh Amazon pada tahun 2014. Twitch adalah platform streaming media sosial dan video game.

  • Whole Foods

Amazon mengakuisisi toko bahan pangan organik, makanan, dan minuman ini pada tahun 2017.

  • Ring

Amazon mengambil alih perusahaan smart home dan home security ini di tahun 2018.

  • Zoox

Perusahaan kendaraan otonom, robotik, dan transportasi ini diakuisisi sepenuhnya dengan kepemilikan sebagai anak perusahaan oleh Amazon di tahun 2020.

  • Metro-Goldwyn-Mayer

Amazon mengakuisisi studio filem dan TV ini pada tahun ini yaitu pada Maret 2022.

Strategi Sistem Distribusi Amazon

Model bisnis Amazon mengikuti strategi distribusi baik B2C dan juga B2B. Platform e-commerce Amazon berhadapan langsung dengan konsumen, menyediakan jutaan produk untuk milyaran pengguna di seluruh dunia. Platform e-commerce Amazon juga digunakan oleh bisnis-bisnis lain yang disebut sebagai toko pihak ketiga untuk menjual produk mereka sendiri di Amazon.

Model Distribusi Hybrid Amazon

  • Pihak Pertama E-commerce Amazon

E-commerce milik Amazon adalah sebuah bisnis B2C, yang menargetkan milyaran konsumen di seluruh dunia. E-commerce B2C bekerja untuk mendapatkan angka. Singkatnya, e-commerce B2C mempunyai margin profit yang ketat dalam jangka pendek, yang digunakan kembali oleh Amazon untuk membesarkan operasionalnya. Bisnis ini berotasi pada variasi produknya yang luas, harga rendah, dan pengiriman yang sangat cepat. Puncaknya, setelah beberapa tahun, Amazon akhirnya sudah menambahkan Prime untuk memfasilitasi konsumen dengan pengiriman gratis.

  • Platform Pihak Ketiga Amazon

Platform pihak ketiga milik Amazon adalah bagian dari e-commerce yang menaungi penjual-penjual lainnya. Platform pihak ketiga ini memfasilitasi mereka untuk menjual produknya di Amazon. Bisnis ini melingkupi ekosistem bisnis yang bergabung dengan platform Amazon untuk menguatkan bisnis penjualan mereka. Penjual pihak ketiga dapat memilih untuk menjual di Amazon dan mengurus fulfillment (Fulfillment by Amazon).

Dalam hal ini, Amazon hanya akan memotong sedikit dari revenue sebagai biaya distribusi. Atau, mereka bisa memutuskan untuk meningkatkan inventaris Amazon. Dalam hal ini, penjual tidak harus menyimpan inventaris apapun, yang mana akan dikirimkan secara langsung ke Amazon dan Amazon yang akan mengurus fulfillment-nya. Penjual hanya akan mengambil sedikit potongan dari keseluruhan revenue karena Amazon yang akan mengurus baik inventaris, distribusi, dan juga fulfillment.

Belajar dari Amazon, sangatlah penting untuk mempunyai strategi sistem distribusi sehingga bisnis berjalan dengan baik dan lancar, sekaligus dapat juga meningkatkan revenue perusahaan. Untuk solusi urusan distribusi pada bisnis Anda, serahkan saja ke Sidig.

Yuk, segera jadwalkan live demo bersama Sidig.

WeCreativez WhatsApp Support
Kontak kami melalui Whatsapp
👋 Halo,ada yang bisa kami bantu?