Adanya E-commerce, merek atau perusahaan berusaha untuk melebarkan sayap dan mencoba segala peluang yang ada. Tak cuma model bisnis B2C, saat ini sudah banyak perusahaan B2B yang melirik peluang bisnis dari e-commerce.
Itulah mengapa perkembangan model bisnis B2B saat ini berkembang pesat. Perusahaan B2B dari skala kecil sampai besar berlomba-lomba untuk memenangkan hati pembeli.
Namun perlu diketahui, e-commerce telah mengubah lanskap, menggeser demografi pembeli, dan dengan semua perubahan ini (belum lagi pandemi global yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mempercepat adopsi belanja online) ekspektasi konsumen juga berubah.
Benefit Implementasi Manajemen Garansi
Lantas, bagaimana sebuah merek dapat tampil menonjol dalam persaingan yang semakin ketat ini? Salah satu caranya adalah dengan mengimplementasikan kebijakan garansi B2B yang kuat.
Berikut beberapa benefit implementasi manajemen garansi untuk B2B yang bisa didapatkan.
1. Membentuk loyalitas pelanggan
Perusahaan B2B akan berhadapan dengan konsumen yang melakukan pemesanan dan pembelian dalam jumlah besar. Tentunya, perusahaan membutuhkan persiapan yang matang sebelumnya agar tidak mengecewakan konsumen.
Pembeli menaruh kewaspadaan tinggi, terutama jika mereka tidak memiliki rekam jejak dengan sebuah perusahaan. Kebijakan garansi yang kuat dapat menjadi pembeda dengan kompetitor lain, dan menentukan keputusan pelanggan untuk memesan atau malah berpaling ke yang lain.
Sebab pelanggan yang melakukan pembelian dalam jumlah besar, setidaknya menginginkan jaminan bahwa produk akan bertahan, atau paling tidak, mereka memiliki jaminan jika produk tersebut rusak.
Sehingga, kebijakan garansi yang kuat dapat berdampak signifikan terhadap loyalitas pelanggan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
2. Kepuasan dan komunikasi yang jelas
Tidak hanya memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pelanggan dalam pembelian, kebijakan garansi memberikan kesempatan sebuah perusahaan untuk merinci dengan tepat apa yang tercakup dan tidak tercakup dalam garansi.
Pembatalan yang mudah, opsi untuk perbaikan dan penggantian, komunikasi yang cepat dan transparan seputar perpanjangan garansi – semua elemen ini sangat membantu dalam menjamin kepuasan pelanggan. Ini memberi mereka kepercayaan diri dalam pembelian dan loyalitas mereka.
3. Peningkatan pendapatan dan pangsa pasar
Jika dimanfaatkan dengan benar, kebijakan garansi dapat menjadi aliran pendapatan baru.
Kebijakan garansi dapat membantu perusahaan mencapai hal ini karena pembeli B2B lebih mungkin bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk membeli produk atau layanan yang disertai jaminan jika mengalami penurunan performa.
Contohnya untuk produk yang sering digunakan dan rentan terhadap keausan sehari-hari atau kecelakaan seperti laptop, pelanggan sering kali rela mengeluarkan uang untuk asuransi kecelakaan, perlindungan produk, atau perpanjangan garansi.
Untuk eCommerce B2B khususnya, kebijakan garansi menjadi nilai jual yang signifikan. Pembeli B2B mungkin bersedia membayar lebih untuk jaminan dan layanan pelanggan untuk berjaga-jaga jika nantinya menemui kesulitan.
4. Menghindari tingginya sales return
Penerapan garansi dapat mengurangi penurunan angka sales return atau retur penjualan yang dilakukan pelanggan karena produk rusak atau cacat. Sebab melalui skema garansi, pelaku bisnis akan berusaha menjual produk dengan kualitas terbaiknya agar untuk menghindari sales return.
Dampaknya, kebijakan garansi dapat dijadikan pula sebagai indikator kontrol pada kualitas produk dan evaluasi terhadap proses produksi.
Implementasi Garansi Digital adalah Masa Depan
Pada akhirnya, garansi tak sekadar menjadi bentuk perhatian perusahaan kepada pelanggan selama menggunakan produk yang telah dibeli. Selain menjaga kepuasan pelanggan dan loyalitas, kebijakan garansi dapat memberikan keuntungan tambahan bagi perusahaan B2B.
Tidak hanya perusahaan dapat melihat manfaat dalam jangka pendek dari penerapan garansi, tetapi manfaat jangka panjang di masa depan yang diproyeksikan juga signifikan.
Menurut studi Assurant, extended warranty atau perpanjangan garansi rata-rata meningkatkan niat pelanggan untuk membeli sebesar 25%.
Sehingga sekarang saat yang tepat bagi perusahaan B2B untuk berinvestasi dalam garansi demi mengamankan loyalitas pelanggan, memperoleh pangsa pasar, meningkatkan penjualan, dan membedakan diri dari kompetitor.
Setiap bisnis pasti tujuan utamanya adalah penjualan. Semakin banyak produk/jasa terjual, maka semakin tinggi revenue yang didapatkan. Jika produk/jasa bisa terjual sesuai target atau bahkan melampaui target, hal tersebut bisa menjadi indikator bisnis berjalan dengan baik dan sukses.
Beberapa strategi bisa diupayakan dalam rangka meningkatkan penjualan seperti strategi upselling. Dengan menerapkan salah satu strategi marketing yaitu strategi upselling, perusahaan bisa mendapat keuntungan lebih tinggi dari penjualan produk sekaligus membuat produk terjual semakin banyak. Strategi upselling memungkinkan perusahaan untuk memaksimalkan penjualan dengan memberikan rekomendasi-rekomendasi tertentu kepada konsumen supaya konsumen tersebut berbelanja lebih banyak lagi.
Apa itu Upselling?
Upselling adalah sebuah teknik penjualan di mana perusahaan menawarkan konsumen layanan yang lebih mahal atau mendorong mereka untuk menambah jumlah items yang dibelanjakan sehingga perusahaan menghasilkan revenue lebih tinggi. Sederhananya, strategi upselling membuat konsumen menyadari bahwa perusahaan Anda menawarkan layanan di level yang berbeda dari lainnya.
Contohnya jika Anda menjalankan bisnis cleaning, Anda bisa upsell ke konsumen dengan mengajak mereka untuk upgrade dari paket basic cleaning ke paket yang lebih premium seperti paket deep cleaning.
Namun, perlu diingat bahwa upselling bukanlah taktik penjualan dengan pemaksaan yang agresif. Konsep upselling lebih ke membantu para konsumen. Upselling membantu mereka dengan menawarkan solusi yang lebih baik dari dilema awal mereka.
Bagaimana Cara Kerja Strategi Upselling?
Bagaimana caranya menerapkan strategi upselling ini? Yuk, kita bahas. Ada enam teknik upselling bisa Anda gunakan untuk upsell layanan bisnis Anda:
1. Menawarkan level berbeda yang saling berkaitan untuk setiap paket layanan
Anda bisa menawarkan 3 level paket yang saling berkaitan, misalnya paket level gold, silver, dan bronze yang setiap level merupakan integrasi atau turunan dari paket lainnya secara berurutan. Hal tersebut dapat membantu upselling dengan memberikan opsi kepada konsumen dengan value lebih. Dengan membandingkan 3 level berbeda, konsumen akan mendapat visual yang jelas dari value setiap paket. Pastikan memvariasikannya sebagai opsi dari low, medium, hingga high-level untuk mengakomodasikan budget yang berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatannya, semakin lengkap paket yang ditawarkan dan semakin mahal.
2. Menyarankan untuk upgrade atau menambah items
Biarkan kustomer tahu tentang layanan tambahan atau upgrade yang Anda tawarkan. Misalnya, untuk jasa layanan cleaning Anda bisa beri opsi untuk beberapa upgrade sebagai tambahan layanan seperti opsi tambahan semprot anti serangga atau opsi tambahan parfum ruangan. Penambahan opsi ini bukan untuk diskon tapi supaya konsumen tahu keberadaan tambahan tersebut.
3. Menginformasikan semua layanan ke konsumen
Terkadang inti dari upselling adalah membiarkan kustomer tahu tentang semua layanan yang ada dan layanan baru. Untuk mengedukasi mereka mengenai semua layanan yang Anda tawarkan, Anda bisa terus update di media sosial dan website maupun menggunakan email marketing.
4. Memperluas layanan untuk mengatasi permasalahan klien
Mencari tahu kebutuhan konsumen dengan riset pasar adalah cara yang baik untuk memulai. Apakah ada layanan lain yang bisa Anda tawarkan yang menguntungkan konsumen? Apakah ada konsumen yang menanyakan layanan yang belum tersedia di bisnis Anda? Dengan memenuhi kebutuhan konsumen, layanan Anda tentu bisa semakin tumbuh dan berkembang.
5. Melibatkan tim dalam hal upgrade konsumen
Tim adalah wajah sebuah bisnis. Mereka berkesempatan kontak langsung dengan kustomer dan tempat bisnis berlangsung. Hal ini membuat mereka potensial untuk mengidentifikasi kesempatan upselling. Motivasi tim dengan lebih melibatkan mereka untuk upselling dengan cara beri pelatihan untuk upsell, sediakan peralatan yang mumpuni, dan tawarkan insentif upselling.
6. Menggunakan contoh kehidupan nyata untuk membuat penjualan
Menunjukkan contoh-contoh yang nyata ke kustomer dapat memvalidasi upsell. Anda bisa menggunakan testimoni, foto, dan bukti lainnya yang bisa meyakinkan konsumen bahwa add-on upgrade yang ada valuable untuk mereka.
Strategi Upselling dengan Menawarkan Preventive Maintenance
Preventive maintenance (PM) memberi peluang konsumen untuk punya value lebih baik untuk investasi mereka. Layanan PM biasanya memberikan perlindungan tambahan terhadap barang. Hal tersebut membantu konsumen menjaga produk yang mereka beli. Penawaran PM ini bisa masuk ke dalam strategi upselling Anda ketika konsumen membeli produk Anda. Misalnya paket paling murah tidak termasuk PM, sedangkan untuk mendapatkan layanan PM, mereka harus upgrade ke level paket yang lebih tinggi yang tentu lebih mahal harganya. Keuntungan lainnya selain menaikkan revenue dari upselling yaitu mendapatkan kepuasan pelanggan sekaligus retensi kustomer. Aplikasi Sidig merupakan platform multifungsi yang bisa mendukung strategi upselling bisnis Anda dengan menawarkan preventive maintenance dan layanan after-sale. Pelajari selengkapnya di https://sidig.id/
Cost behavior dapat diartikan sebagai perilaku biaya, yaitu perubahan perilaku dari naik atau turunnya kondisi operasional perusahaan selama aktivitas bisnis berjalan. Proses menganalisa kegiatan perhitungan biaya sangatlah krusial bagi sebuah perusahaan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan perilaku biaya.
Perilaku biaya sangat penting untuk dipahami khususnya ketika membuat budgeting tahunan. Dengan mengetahui perilaku biaya, manajer data memutuskan sebelumnya jika ada biaya yang akan dikurangi atau dinaikkan seiring dengan perubahan aktivitas bisnis. Misalnya perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh produksi, lalu untuk memenuhi tuntutan yang lebih, perusahaan kemudian harus berinvestasi lebih pada alur produksi.
Memahami perilaku biaya juga esensial untuk menganalisa volume profit. Selain itu, perilaku biaya juga membantu manajemen dalam hal perencanaan dan pengontrolan biaya serta pengambilan keputusan dan evaluasi biaya.
Apa Arti Perilaku Biaya (Cost Behavior)?
Perilaku biaya adalah sebuah perilaku yang mana biaya terpengaruhi oleh perubahan di dalam aktivitas bisnis. Seorang manajer bisnis seharusnya waspada mengenai perilaku biaya ketika merancang budget tahunan untuk mengantisipasi apakah ada biaya yang akan naik atau turun. Misalnya, jika penggunaan alur produksi mendekati kapasitas maksimalnya, perilaku biaya yang relevan akan diperkirakan naik cukup drastis (untuk membayar perluasan peralatan) jika level tuntutan berangsur-angsur naik oleh sejumlah kecil tambahan biaya. Memahami perilaku biaya adalah aspek kritikal dari analisa cost-volume-profit.
Tipe-tipe Perilaku Biaya
1. Biaya Tetap (Fixed Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah jumlahnya di dalam suatu lingkup aktivitas tertentu. Jumlah total biaya tetap tidak akan berubah ketika aktivitas bertambah atau berkurang. Karena biaya tetap secara konstan tidak berubah jumlahnya, biaya tetap per unit aktivitas berkurang ketika volume naik dan biaya tetap per unit aktivitas naik ketika volume berkurang. Contohnya harga sewa bangunan tidak akan berubah, bahkan ketika level penjualan dari penyewa berubah secara dramatis. Contoh lainnya yaitu depresiasi dan asuransi fasilitas dan peralatan bakery. Tidak terpaku pada kuantitas roti artisan yang diproduksi dalam sebulan, jumlah total nilai depresiasi dan asuransi untuk tiap bulannya tetaplah sama.
Banyak ongkos tetap manufaktur adalah termasuk biaya tetap dan jumlahnya menjadi bertambah besar. Contoh tambahannya termasuk depresiasi perusahaan pabrik milik sendiri, depresiasi permesinan dan peralatan, gaji dan keuntungan supervisor manufaktur, biaya administrasi pabrik, dll. Salah satu tantangan terkait ongkos tetap manufaktur yaitu alokasi biaya tetap ke unit individual produk (yang mana biasanya bervariasi dalam hal ukuran dan kompleksitas).
2. Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bisa berubah sesuai perubahan aktivitas atau volume bisnis. Contohnya yaitu material langsung yang spesifik yang tergabung dengan setiap produk yang dijual. Biasanya, material langsung untuk pembuatan produk adalah biaya variabel. Jumlah total biaya variabel meningkat sejalan dengan kenaikan aktivitasnya. Jumlah total biaya variabel juga akan menurun berbanding lurus dengan penurunan aktivitasnya. Misalnya biaya tepung untuk bakery yang memproduksi roti artisan; semakin banyak balok roti yang diproduksi, semakin tinggi biaya total tepung yang digunakan oleh bakery tersebut. Ongkos belanja atau operasional juga merupakan biaya variabel. Kemudian komisi ritel atas barang yang terjual termasuk dalam biaya variabel juga karena bisa bervariasi tergantung berapa persenannya untuk tiap produk terjual dan berapa jumlah produk yang terjual.
3. Biaya Campuran (Mixed Cost)
Terakhir, ada biaya campuran yang mengandung elemen biaya tetap dan biaya variabel. Contohnya yaitu biaya akses internet termasuk biaya akses standar bulanan (biaya tetap) dan biaya penggunaan broadband (biaya variabel).
Contoh lainnya yaitu biaya gas alam dari sebuah bakery. Beberapa tagihan gas bulanan punya biaya yang flat dipungut dari utilitas dan tagihan gas lainnya merupakan biaya pemanasan bangunan. Dua komponen dari tagihan gas ini adalah biaya tetap karena mereka tidak akan berubah ketika bakery memproduksi roti dalam jumlah banyak atau sedikit. Bagaimanapun, komponen ketiga dari tagihan gas adalah biaya mengoperasikan oven-oven. Komponen ini adalah biaya variabel karena akan naik ketika oven harus bekerja untuk waktu yang lebih lama dalam rangka memproduksi roti-roti tambahan.
Seorang kustomer pasti menginginkan kebaikan maksimal dari sebuah produk yang dibeli. Terlebih bagi yang sudah berlangganan atau melakukan pembelian berulang sebuah produk, pasti sudah mengenali keunggulan produk yang dijual dan seperti apa pelayanan penjualnya.
Salah satu hal penting yang dibutuhkan oleh seorang kustomer adalah jaminan purna jual sebuah produk. Manajemen purna jual yang mudah dan cepat menjadi aspek yang dapat memupuk kepercayaan kustomer kepada penjual.
Sama halnya ketika membeli sebuah alat kesehatan, salah satu pertimbangan utama ketika membeli yaitu apakah ada manajemen purna jual produknya. Manajemen purna jual menjadi jaminan keamanan kustomer dan bisa menjadi daya tarik pembeli untuk menjadi pelanggan tetap di sebuah toko.
Mengapa Produsen Alat Kesehatan Harus Menggunakan Sistem Purna Jual?
Produsen alat kesehatan mempunyai banyak skala prioritas dan seringkali sistem Customer Relationship Management (CRM) dapat membantu mencapai target-target yang ingin dicapainya tersebut.
Segala informasi datang dari berbagai tempat dan divisi sehingga membuat karyawan kebingungan untuk mengumpulkan dan menemukan informasi di satu tempat. Kendala seperti ini seharusnya dicari solusinya. Alangkah praktisnya jika segala informasi dapat ditemukan dari satu platform. Produsen alat kesehatan seharusnya mengevaluasi platform dan mempertimbangkan untuk mengaplikasikan sistem CRM guna melihat apakah sistem tersebut dapat membantu jalannya bisnis.
Sistem purna jual merupakan salah satu prioritas dari produsen alat kesehatan demi menjaga keamanan barang dan kepercayaan konsumen. Manajemen purna jual juga menjadi pengaplikasian dari sistem CRM karena dengan memberikan sistem purna jual, produsen alat kesehatan juga menerapkan manajemen hubungan dengan konsumen.
Menerapkan Manajemen Purna Jual untuk Alat Kesehatan
Penerapan manajemen purna jual untuk alat kesehatan dapat memberi banyak keuntungan bagi produsen purna jual sendiri seperti loyalitas konsumen. Salah satu aktivitas yang merupakan bagian dari manajemen purna jual untuk alat kesehatan yaitu seperti layanan kepada konsumen yang membeli alat kesehatan dan mempunyai keluhan atau klaim setelah kegiatan jual-beli berakhir.
Biasanya produsen alat kesehatan memberi ketentuan untuk sistem purna jual produk-produknya. Misalnya, sistem purna jual berlaku bagi konsumen yang memiliki keluhan atas produk alat kesehatan yang dibelinya karena terdapat cacat produksi. Selain itu, bisa juga diberlakukan untuk keluhan seperti alat kesehatan yang dibeli mengalami kerusakan atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dengan ketentuan-ketentuan tertentu konsumen bisa klaim sistem purna jual untuk mendapat produk baru (penggantian) atau bebas biaya servis. Kembali lagi kepada ketentuan sistem purna jual masing-masing produsen alat kesehatan dalam menerapkan manajemen purna jualnya.
Selain garansi produk, beberapa aktivitas purna jual lainnya seperti layanan konsultasi dan pemeliharaan berkala alat kesehatan, penyediaan aksesoris atau spare part, dan perbaikan atau servis alat kesehatan.
Benefit untuk Manufaktur Alat Kesehatan
Keuntungan dari manajemen sistem purna jual dapat dirasakan oleh kedua belah pihak, baik produsen alat kesehatan maupun kustomernya. Beberapa keuntungan yang dirasakan oleh manufaktur alat kesehatan yaitu:
Pendekatan terstruktur untuk meningkatkan kinerja jaringan para dealer.
Output purna jual yang solid, dapat dipercaya, dan menguntungkan.
Kepuasan dan loyalitas konsumen.
Mengkonversi konsumen menjadi pelanggan tetap.
Monitoring tim yang lebih berkomitmen.
Terintegrasi dengan Sistem Distribusi Alat Kesehatan
Manajemen purna jual akan lebih mudah diatur ketika terintegrasi dengan sistem distribusi alat kesehatan. Pengintegrasian manajemen purna jual dengan sistem distribusi alat kesehatan dapat diwujudkan menggunakan teknologi seperti software CRM.
Dengan menggunakan software CRM dalam menjalankan bisnis alat kesehatan, klaim garansi dan seluruh aktivitas jual-beli dapat dilakukan dalam satu platform saja. Software tersebut juga bisa untuk menampilkan kelengkapan barang yang tersedia, dan riwayat alat kesehatan yang sudah terjual pun juga dapat terlacak.
Pencatatan Garansi Alat Kesehatan (Service Record)
Software CRM memberi kemudahan bagi produsen alat kesehatan dan konsumen dengan berbagai macam layanan di dalamnya. Pencatatan garansi alat kesehatan termasuk dalam manajemen purna jual yang dapat juga dilakukan dengan bantuan teknologi menggunakan software CRM.
Jika pencatatan garansi alat kesehatan masih dilakukan dengan cara lama yang konvensional, sangatlah tidak efektif dan efisien karena memakan waktu, tempat, energi, biaya, dan teknisnya pun terkadang rumit. Jika pencatatan garansi dilakukan di satu platform, tentunya lebih mempercepat dan mempermudah prosesnya.
Platform Sidig untuk Alat Kesehatan
Sidig.id hadir sebagai solusi untuk bisnis alat kesehatan. Sebuah platform berbasis software CRM yang dapat memudahkan manajemen purna jual bagi produsen alat kesehatan. Digitalisasi layanan purna jual mampu memberi benefit bagi produsen alat kesehatan dan memberi kemudahan bagi pelanggan, menjadi salah satu kunci kesetiaan pelanggan terhadap brand.
Kehadiran software CRM Sidig.id menjadi all-in-one platform bagi perusahaan atau brand produk alat kesehatan untuk memaksimalkan layanan purna jual pelanggan (customer retention) dengan berbagai fitur di dalamnya seperti penggaransian produk, pusat servis, produksi kode QR, pembuatan marketing campaign, pemantauan produk, dan data engagement.